Sembari bersiap melakoni U.S. Open pekan ini, Lee Kyounghoon berbagi banyak hal, termasuk bagaimana ia tumbuh dan mengenal golf, sampai kemenangannya pada AT&T Byron Nelson ikut memberinya target-target baru.

Ketika saya meraih kemenangan PGA TOUR pertama pada ajang AT&T Byron Nelson bulan Mei 2021 lalu, salah satu pesan terbesar yang saya terima datang dari kedua orangtua saya. Mereka mengirimkan video ucapan selamat. Mereka tampak sangat gembira melihat keberhasilan saya, namun video itu membuat perasaan saya campur aduk. Ada rasa bahagia, tapi juga ada rasa sedih.

Seperti kebanyakan orangtua, kedua orangtua saya telah berkorban banyak bagi saya. Mereka mendukung saya dalam olahraga ini sejak masih kecil dan sudah cukup lama sejak terakhir saya bertemu mereka secara langsung lantaran COVID-19. Selama bertahun-tahun menjalani karier golf, tak sekali pun mereka menyuruh saya berhenti bahkan ketika permainan saya sedang tidak bagus. Ketika masih muda, ayah saya ingin menjadi pemain bisbol, namun kedua orangtuanya menentangnya. Oleh karena ia tak bisa mendapatkan yang ia inginkan, ia memastikan mendukung impian saya.

Saya mengikuti ayah ke driving range ketika saya masih berusia 13 tahun dan pada akhirnya saya mulai belajar. Saya baru mulai belakangan ketimbang teman-teman saya, tapi saya sangat menikmati golf karena instruktur saya sangat menyemangati saya. Bahkan ia menyombongkan swing saya kepada yang lain dan hal ini membangkitkan rasa percaya diri saya dan membuat saya berlatih lebih keras lagi.

Ibu saya, seorang guru biola, berusaha mengajarkan biola kepada saya, namun kurang berhasil. Ketika ia meminta saya melatih enam lagu sebanyak sepuluh kali, saya berlatih secara sembarangan tanpa berkonsentrasi. Namun, golf berbeda. Golf benar-benar menyenangkan buat saya dan saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di driving range.

 

Lee Kyounghoon (paling kanan) bersama Bryson DeChambeau, Phil Mickelson, dan Kevin Na pada PGA Championship bulan Mei 2021. Foto: Dok. Pribadi Lee Kyounghoon.

 

Saat berusia 18 tahun, saya masuk Tim Nasional Korea dan sorotannya ialah saat menjuarai medali emas beregu pada Asian Games 2010. Itu momen yang epik. Saya ingat pengalamannya sangat berat karena kami diharapkan untuk memenangkan medali dan ada begitu banyak tekanan kepada kami. Putaran-putaran latihan kami tidak berjalan dengan baik, tapi ketika kompetisi dimulai, kami bermain nyaris dengan rasa bebas dan tidak merasakan tekanan. Kerja sama tim kami berpadu dan kami akhirnya meraih medali emas. Golf itu olahraga yang lucu … Anda bisa mengalami kesulitan dan kemudian bangkit seketika.

Sepanjang perjalanan golf saya, ayah selalu menjadi pemberi semangat yang sangat besar dan telah membantu sebisa mungkin dan sudah bersama saya sejak awal. Kami bakal berlatih bersama tiap musim dingin dan ia akan menjadi supir ke semua turnamen golf saya. Sementara ibu saya tinggal di rumah untuk menjalankan bisnis restoran keluarga.

Seperti itulah dukungan ayah saya sampai ia menempuh perjalanan dengan saya ke AS ketika saya bermain pada Korn Ferry Tour tahun 2016. Saya tahu ia kesulitan dengan makanan karena sulit menemukan restoran Korea atau Asia yang enak. Yang lebih tidak mengenakkan lagi, ia harus mencabut giginya pada salah satu perjalanan kami! Sebagai anak satu-satunya, orangtua saya memberi semua yang bisa mereka lakukan dan saya tak mungkin menunjukkan betapa bersyukurnya saya kepada mereka.

Semua kerja keras dan pengorbanan itu tuntas dengan kemenangan saya pada AT&T Byron Nelson. Sudah lima tahun sejak saya datang ke AS dan impian saya selalu untuk meraih kemenangan pada Tour terbaik di dunia. Saya merasa emosional ketika berjalan ke green hole 18 dengan memegang keunggulan dan saya senang bisa memenangkan pertarungan dengan diri sendiri dan kemenangan ini akan membuka begitu banyak kesempatan.

 

 

Saya menikmati tiap detik kemenangan ini. Dan salah satu kenangan yang menyenangkan ialah melihat K.J. Choi menunggu di pinggir green meskipun ia tidak bermain hari itu. Ia menyalami saya dan memeluk saya. Sekarang, saya juga ingin membantu para pegolf muda Korea, seperti yang dilakukan K.J. Choi. Ia menjadi sumber dorongan dan terus memberi tahu kalau saya akhirnya akan meraih kemenangan. Kata-kata itu sangat kuat ketika Anda mengalami masa-masa yang berat.

Sejujurnya, saya tidak mengira bakal menang. Fokus saya pekan itu ialah menemukan kembali perasaan positif dengan putter, yang menjadi tantangan terbesar saya sebelumnya. Pada awal pekan itu, saya mengganti putter setelah menggunakannya selama enam tahun dan bermain di lapangan hanya dengan wedge dan putter baru untuk putaran latihan saya. Pada hari Selasa itu, saya bermain sembilan hole dan sembilan hole lainnya dalam pro-am dan secara ajaib, putter baru itu berfungsi dengan baik.

Kemenangan itu membuat saya bisa mengikuri PGA Championship untuk pertama kalinya, pada pekan berikutnya. Meskipun saya gagal lolos cut di Kiawah Island, saya menikmati kenangan memainkan putaran latihan dengan Phil Mickelson, yang menjuarai turnamen itu pada usia 50 tahun! Saya tak pernah bertemu Phil sebelumnya dan sungguh luar biasa menyaksikan ia berlatih dan betapa ia mencintai golf. Ia begitu berhasrat pada tiap pukulan yang ia lakukan dan sungguh luar biasa untuk pria seusia 50 tahun ia masih memiliki energi dan dorongan seperti hanya seorang pendatang baru. Saya bisa membayangkan betapa bosan dan melelahkannya golf pada usia seperti itu, tapi saya secara jelas melihat betapa ia menikmati golf. Sungguh suatu motivasi besar!

Saya mencintai golf seperti halnya Phil dan berharap saya bisa seperti dia. Ketika berkesempatan bermain dengan pemain-pemain tangguh, saya memiliki dorongan kuat untuk main bagus dan merasa ini salah satu alasan mengapa semua para pegolf serius ingin bermain pada PGA TOUR. Anda bisa mendapatkan wawasan mentalitas dari seluruh pemain besar, yang saya pikir luar biasa.

 

Lee Kyounghoon bersama istri dan kedua orangtuanya. Foto: Dok. Pribadi Lee Kyounghoon.

 

Sebelumnya, saya pernah mengatakan memiliki dua target dalam hidup ini. Pertama, menjadi pegolf No.1 Dunia dan menjadi pegolf terseksi di dunia! Setelah kemenangan saya pada Byron Nelson, target-target saya menjadi viral karena banyak pegolf dan penggemar yang merasa geli dengan kisah saya. Menjadi seksi buat saya berarti menjadi pria yang berotot. Ini impian saya, tapi saya pikir mustahil terwujud karena saya suka makan banyak. Sesekali saya akan melewatkan makan malam setelah makan banyak pada siang hari, tapi ketika saatnya makan malam, biasanya saya akan merasa lapar lagi. Mungkin saya akan terus merasa lapar untuk meraih lebih banyak kemenangan pada PGA TOUR.

Dengan Musim Reguler yang berakhir pada bulan Agustus, target saya ialah mencapai TOUR Championship. Hanya pegolf 30 besar pada klasemen FedExCup yang bisa masuk dan saya belum pernah mencapainya. Sekarang saya berada dalam posisi yang bagus, jadi saya akan berusaha sebaik mungkin.

Target saya yang lainnya ialah bermain bagus pada semua ajang Major, termasuk U.S. Open pekan ini. Dan saya tahu saya butuh lebih banyak pengalaman untuk mempersiapkannya. Saya harus terus berlatih keras untuk mencapai target-target saya dan tetap fokus pada pendekatan mental dan fisik. Saya sudah meraih kemenangan perdana dan saya ingin menang lebih banyak lagi. Perasaan yang muncul setelah mewujudkannya sungguh luar biasa dan saya tak sabar menantikan kemenangan berikutnya. Saya ingin membuat orang-orang kami dan tim saya bahagia, terutama kedua orangtua saya.

CATATAN: Lee Kyounghoon merupakan peraih medali emas pada Asian Games 2010 dan pemegang satu gelar PGA TOUR. Anda bisa menyaksikan Lee dan aksi-aksi lain PGA TOUR melalui GOLFTV powered by PGA TOUR.