Cabang olahraga golf kembali menuai sukses pada keikutsertaannya sebagai cabang olahraga Olimpiade dengan meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi banyak pihak.
Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director, Marketing and Communications, APAC for the PGA TOUR, berdomisili di Kuala Lumpur.
Komentar yang dilontarkan Rory McIlroy setelah ia gagal memenangkan medali perunggu benar-benar bernilai emas. Sebab apa yang ia sampaikan sebenarnya terkait dengan penerimaan golf pada Olimpiade, yang diperkuat oleh dua pekan istimewa pada Olimpiade Tokyo 2020 lalu.
”Sepanjang hari ini saya sudah berkata bahwa saya belum pernah berjuang sekeras ini dalam hidup saya untuk finis di tempat ketiga,” ujar pegolf Irlandia ini denga nnada sedih. Ia harus tersingkier dari play-off yang diikuti oleh tujuh pegolf untuk perebutan tempat ketiga pada kompetisi golf pria di Kasumigaseki Country Club.
Sebagai salah satu bintang golf terkemuka dan sosok yang belakangan ini menjadi suara de-facto untuk urusan seputar golf, perkataan McIlroy itu menjadi penguatan yang dibutuhkan oleh International Golf Federation untuk menunjukkan bahwa golf layak untuk bertahan sebagai bagian dari cabang olahraga Olimpiade. Apalagi posisi tersebut telah menjadi penting di kalangan elite.
Yang lebih penting lagi ialah bahwa Olimpiade Tokyo 2020 menggarisbawahi peranan golf pada Olimpiade dalam menumbuhkan olahraga ini secara global, seperti yang dicontohkan oleh penampilan memukau Aditi Ashok dalam kompetisi wanita. Kala itu penampilannya membuat seluruh India terduduk dan menyaksikan permainannya.
Keberhasilan dalam olahraga profesional kerap diukur oleh jumlah kemenangan dan trofi. Tidak ada yang mengingat siapa yang finis di tempat kedua, ketiga, apalagi kelima. Namun, fakta bahwa McIlroy, mantan pegolf No.1 Dunia dan pemenang 19 gelar PGA TOUR, bersama enam pemain lainnya bertarung bak singa yang lapar akan kemenangan untuk posisi ketiga, menjadi sebuah kesaksian akan nilai-nilai ideal Olimpiade.
Ketika olahraga ini diperkenalkan kembali pada Rio 2016, menyusul absen selama 112 tahun, McIlroy menjadi salah satu dari banyak pegolf yang skeptis akan kembalinya golf pada Olimpiade. Namun, ia lekas menyanjung Olimpiade setelah bertanding di Tokyo. Ia sadar akan kekeliruannya. Persis seperti ketika nadanya berubah terhadap Ryder Cup, ajang yang semula ia sebut sebagai ”eksibisi”.
”Saya memberikan sejumlah komentar sebelumnya yang kurang teredukasi dan impulsive, namun dengan datang ke sini, mengalaminya, melihatnya, merasakan segalanya, bukan hanya golf Olimpiade, tapi Olimpiade pada umumnya, semangat Olimpiade itu jelas telah menyadarkan saya dan saya bersemangat melihat bagaimana pekan itu berlangsung sekaligus bersemangat untuk masa depan. Pengalamana kali ini membuat saya lebih berdeterminasi lagi untuk menuju Paris (tahun 2024). Saya berharap bisa meraih satu posisi lebih baik, tapi semoga bisa finis tiga peringkat lebih baik,” ujar McIlroy.
Bintang-bintang lain yang tampil pada Olimpiade Tokyo 2020 ini juga bertolak dengan kenangan sepanjang masa dan determinasi yang diperbarui untuk kembali ke Paris. ”Ini sungguh berbeda. Jauh lebih keren daripada yang saya bayangkan,” ujar Justin Thomas, Juara FedExCup 2017. ”Saya merasa lebih bangga berada di sini daripada yang saya bayangkan sebelumnya.”
Collin Morikawa, yang juga ikut memperebutkan medali perunggu, menambahkan, ”Saya pikir, yang hari ini hadirkan bagi saya lebih daripada saya bermain untuk diri sendiri, saya bermain untuk negara saya dan saya bisa bertarung dan habis-habisan. Bagi siapa saja yang berpikir ulang atau memiliki keraguan soal apakah golf mesti ada dalam Olimpiade atau apakah mereka mesti mewakili negaranya, sudah tentu mereka harus datang karena Olimpiade menjangkau audiens yang jauh lebih luas daripada apapun, berbagai turnamen yang kami mainkan. Kami melakukan bagian kami untuk menempatkan golf di panggung dunia.”
Bagi Xander Schauffele, momen emasnya di East Course Kasumigaseki Country Club yang bersejarah ini luar biasa berarti baginya, dan juga bagi ayahanya, Stefan, yang harapannya menjadi atlet dekatlon Olimpiade harus pupus akibat kecelakaan mobil. Berangkat dari keluarga dengan beragam budaya, dengan warisannya berasal dari berbagai belahan dunia—ayahnya keturunan Perancis-Jerman, ibunya Ping-Yi lahir di China Taipei dan besar di Jepang—Xander kini menjadi poster yang sempurna untuk mempromosikan golf pada tahun-tahun mendatang. Momen-momen emasnya ia bagikan dengna Stefan, yang berkeras untuk tidur dengan medali emas pada malam pertama kemenangan yang luar biasa itu.
”Ia memusatkan konsentrasinya pada satu hal untuk beberapa waktu … agar bertanding sebagai seorang atlet dekatlon pada Olimpiade,” tutur Xander mengenai ayah dan satu-satunya pelatihnya itu. ”Kehidupan berubah begitu cepat baginya, menggerus (impian) darinya, tapi ia melihat potensi dalam diri saya … jadi ia memusatkan perhatiannya kepada saya. Dengan semua itu bisa terwujud, saya meras sangat beruntung dan sangat gembira bisa membagikan prestasi ini dengannya. Saya tahu ia akan hadir di sana sembari menangis, untungla ia mengenakan kacamata, tapi (momen ini) benar-benar keren.”
Lalu tak ada juga yang memperkirakan bendera nasional Slovakia akan berkibar pada upacara pemberian medali. Namun, Rory Sabbatini, yang mengubah kewarganegaraannya dari Afrika Selatan menjadi Slovakia pada tahun 2018, emmastikan golf menempatkan radarnya pada negara yang ia adopsi, menyusul upaya spektakulernya meraih medali perak. Ia bermain dengan skor 61 pada putaran final. Kemudian pegolf China Taipei C.T. Pan meraih perunggu setelah empat hole tambahan.
”Afrika Selatan memiliki begitu banyak pegolf yang bisa mewakilinya, tapi Slovakia tidak memiliki siapa-siapa. Anda memiliki berbagai cabang olahraga yang lebih besar. Jadi, kami melihatnya sebagai cara untuk mencoba dan menciptakan daya tarik. Bagi saya, bisa berada di podium ini sangatlah membuahkan hasil. Sungguh menjadi momen yang membanggakan bisa mewakili Slovakia dan melihat bendera kami berkibar,” ujar pegolf berusia 45 tahun, yang istrinya merupakan warga negara asli Slovakia dan juga menemaninya sebaga kedi—dengan kakak iparnya merupakan ketua Federasi Golf Slovakia.
Pegolf Amerika Nelly Korda, pegolf tuan rumah Mone Inami, dan Lydia Ko dari Selandia Baru menjadi peraih medali pada kompetisi golf wanita, yang terbukti sama dramatisnya. Namun, Aditi Ashok yang ditemani Maheshwar, sang ibu, yang merangkap kedilah yang menjadi pemicu perhatian bagi golf wanita, dengan penampilan memikatnya untuk finis di tempat keempat. Setelah menyebut ”menyebalkan” finis satu stroke di luar peraih medali, dua politisi teratas India, Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Ram Nath Kovind, serta legenda kriket, Sachin Tendulkar, memberikan pesan bernada dukungan dan ucapan selamat melalui akun Twitter masing-masing.
Dengan total jumlah pengikut Twitter mereka yang mencapai lebih dari 120 juta, bisa dibilang bahwa golf dengan berhasil telah disebarluaskan di seluruh negara penggila kriket ini. Dan semoga, seperti halnya McIlroy, beberapa nama besar lagi bisa mengarahkan fokusnya ke Olimpiade.