Anna Nordqvist membuktikan dirinya sanggup bangkit dan meraih gelar paling spesial pada AIG Women’s Open di Carnoustie Golf Links.

Kemenangan Anna Nordqvist pada AIG Women’s Open kemarin (22/8) telah mengembalikan senyuman yang kerap menghias wajahnya. Setelah mencatatkan dua skor 71 pada dua putaran pertama dan bermain dengan skor 65, ia memastikan kemenangan Major ketiganya ini dengan skor 69 dan skor total 12-under 276. Baginya, keberhasilannya kali ini seakan memberikan babak baru dalam kariernya yang diwarnai kontroversi serta berbagai kejatuhan.

Pada tahun 2017, ia mengalami tahun terberat dalam kariernya ketika pada musim panas itu ia terdiagnosis mengidap mononukleosis, sebuah penyakit yang terjadi akibat infeksi virus Epstein-Barr. Mono, demikian penyakit itu kerap disebut, mengakibatkan penderitanya mengalami kelelahan dengan gejala letih, demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar. Dalam kondisi demikian, ia masih harus membuktikan dirinya layak masuk Tim Solheim Cup Eropa.

Meski kemudian terpilih menyusul finis 10 besar pada AIG Women’s Open, ia harus membuktikan dirinya benar-benar layak. Pembuktian itulah yang kemudian ia lakukan tatkala memenangkan Amundi Evian Championship pada bulan September 2017. ”Pertarungan terbesar bukanlah menghadapi seluruh peserta atau ketika menghadapi Brittany Altomare pada play-off,” tutur Nordqvist. ”Tantangan terbesarnya ialah menjaga energi dan mempertahankan posisi saya.” Ia menegaskan bahwa momen kemenangannya itu menjadi momen paling membanggakan dalam kariernya.

Toh sejak saat itu, ia tak sekalipun mengangkat trofi lagi. Meski mencatatkan sejumlah finis sepuluh besar pada LPGA, kemenangan tak kunjung tiba. Ia bahkan ragu kalau dirinya bisa kembali meraih kemenangan.

 

 

Sampai akhirnya ia bisa kembali memamerkan senyum kemenangan di Carnoustie Golf Links. Setelah dua pesaing terdekatnya, rekan senegaranya asal Swedia Madelene Sagstrom dan pegolf Denmark Nanna Koerstz Madsen, tersandung di hole terakhir—masing-masing mencatatkan bogey dan double bogey—skor par di hole 18 itu sudah memberinya kemenangan satu stroke atas Sagstrom, Lizette Salas (AS), dan juara edisi 2018 Georgia Hall (Inggris).

Jika ada satu motivasi yang mendorongnya untuk bangkit dari semua keterpurukan, mengatasi penyakitnya, motivasi adalah semangat kuat untuk tidak mau kalah.

”Ada sesuatu tentang golf yang terus mendorong saya. Saya membenci kekalahan, mungkin lebih besar ketimbang saya menyukai kemenangan. … Saya benci menyerah,” ujar Anna Nordqvist.

Nordqvist menyebut kondisinya yang mengidap mono itu menjadi bagian terberat dalam hidupnya. Ketika COVID-19 membuat seluruh dunia seakan menarik rem daruratnya, pegolf berusia 34 tahun ini justru memanfaatkannya untuk mengistirahatkan dirinya yang kerap memaksakan diri sendiri.

”Butuh tiga tahun untuk mengatasi mono, dan saya pikir selama COVID-19 tahun lalu, akhirnya saya memiliki waktu untuk berada di rumah dan bersantai sedikit. Kehidupan saya selalu berlangsung begitu cepat. Sungguh senang bisa menikmati waktu di rumah dan tidak melakukan perjalanan. Saya pikir itulah jeda yang saya butuhkan beberapa tahun lalu,” sambungnya lagi.

 

Anna Nordqvist dan Kevin McAlpine.
Kevin McAlpine (kanan) merayakan keberhasilan istrinya dalam memenangkan AIG Women’s Open 2021. Foto: Tristan Jones/LET.

 

”Ketika kondisi menjadi sulit, saya selalu mendorong diri secara mental, tapi saya tidak memiliki apa-apa dan merasa sangat lemah. Jadi, bisa membangun diri untuk bangkit lagi dan mendapatkan dukungan dari orang-orang di sekitar saya, … saya mendapatkan banyak dukungan.”

Keseimbangan dalam kehidupannya kini ia peroleh setelah menikahi Kevin McAlpine, mantan kedi Lexi Thompson yang pernah menjuarai Scottish Amateur. Meskipun pernikahan resmi mereka hanya diikuti oleh segelintir sahabatnya di Silver Leaf, Scottsdale, pernikahannya ini memberinya lebih banyak kebahagiaan ketika tidak sedang bertanding.

”Sekarang saya sudah menikah dan saya pikir saya lebih bahagia ketika sedang tidak berada di lapangan, jadi saya memiliki keseimbangan yang baik. Saya sudah menjalani profesi ini cukup lama di mana saya merasa Anda tidak bisa benar-benar memaksakan segalanya,” ujarnya.

Nordqvist juga menyebut permainannya pada ajang Trust Golf Ladies Scottish Open sepekan sebelumnya menjadi salah satu pendorong yang tidak bisa diabaikan.

 

Anna Nordqvist dan Paul Cormack.
Mantan kedi Lexi Thompson, Paul Cormack, ikut berperan besar dalam kebangkitan Anna Nordqvist. Foto: Tristan Jones/LET.

 

”Ada banyak hal bagus terjadi tahun lalu dan banyak hal positif yang terjadi tahun ini. Saya merasa pekan lalu pada Scottish Open, saya bermain sangat bagus. Pukulan saya sangat bagus di tengah embusan angin. Menurut saya itulah pendorong rasa percaya diri bagi saya.”

Tidak diragukan lagi, kemenangan ini sangatlah spesial baginya. Tidak hanya lantaran ia harus berjuang keras bermain pada tiap turnamen, tapi juga ia harus bertanding dalam keraguan apakah ia melakukan hal yang benar atau tidak. Tidak mengherankan juga jika pada akhirnya ia menyebut sang kedi Paul Cormack dan McAlpine, suaminya, mengambil peranan yang besar dalam membantunya melewati masa-masa kelam dan mewujudkan gelar LPGA kesembilan dalam kariernya ini.

”Saya pikir gelar ini menjadi yang paling spesial karena butuh waktu beberapa tahun (untuk kembali menang) dan saya sudah berjuang keras dan meragukan apakah saya telah melakukan hal yang benar atau tidak. Juga setelah tahu bagaimana kedi saya, Paul, telah bekerja keras dan sangat ingin melakukannya untuk saya. Suami saya juga sudah sangat mendukung, demikian juga seluruh sahabat dan keluarga, dan bisa melihat para penonton kembali (ke lapangan) dan merasakan adrenalin lagi, saya pikir jelas inilah kemenangan yang paling istimewa,” tandasnya.

Sekali lagi Nordqvist membuktikan semangatnya yang luar biasa. Sekali lagi pula ia membuktikan bahwa ia memiliki kapasitas yang membuatnya layak memenangkan Major, sekaligus kembali masuk Tim Solheim Cup Eropa.