Im Sungjae berpotensi menjadi senjata bagi Tim Internasional dalam upaya memburu kemenangan pada Presidents Cup.

Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director, Marketing & Communications APAC PGA Tour, berdomisili di Kuala Lumpur.

Jenius sejati dalam golf sangatlah langka dan sejumlah kriteria secara akurat menggambarkan sosok pegolf Korea Im Sungjae.

Pegolf berusia 24 tahun ini telah berkembang dari seorang dengan bakat menjanjikan menjadi bintang kelas dunia dan dua kali peraih gelar PGA TOUR. Dan bulan ini ia akan menjadi salah satu roda penggerak dalam Tim Internasional pimpinan Kapten Trevor Immelman, yang akan menjadi penentu untuk menjungkirkan Amerika Serikat yang kuat dalam ajang Presidents Cup di Quail Hollow, di Charlotte, North Carolina.

Tiga tahun silam, Im menjadi pilihan kapten Ernye Els. Dan ia tampil bak pemain veteran ketika menggunakan Royal Melbourne bak arena bermainnya untuk mempertegas statusnya sebagai bintang baru. Ia menyumbangkan poin mengesankan 3,5 dalam kekalahan tipis timnya, 16-14.

Im telah mendapat tempatnya dalam tim berdasarkan kapasitasnya, dan Immelman, yang merupakan salah satu asisten Els, tahu persis kekuatan yang bisa disumbangkan pegolf berjulukan Ironman ini di Charlotte. Yang lebih penting lagi, Im telah membuktikan diri bahwa ia bisa berpasangan dengan pemain mana pun. Ia telah bermain dengan tiga rekan berbeda dalam partai fourball dan foursome di Royal Melbourne.

Selain terkenal dengan keahliannya memukul bola—secara konsisten ia berada di jajaran sepuluh besar statistik Strokes Gained: Tee to Green PGA TOUR musim ini—nama Im juga identik dengan julukan Mesin Birdie, sebuah atribut yang sangat vital untuk duel match play. Tahun 2021 lalu ia menciptakan rekor birdie terbanyak dalam semusim PGA TOUR sebanyak 494 birdie, memecahkan rekor yang telah bertahan selama 21 tahun.

 

Im Sungjae, Presidents Cup 2019.
Im Sungjae menyumbangkan 3,5 poin bagi Tim Internasional pada Presidents Cup 2019. Foto: Getty Images.

 

Adam Hadwin asal Kanada, yang berpasangan dengan Im saat memenangkan partai fourball menghadapi Patrick Cantlay dan Xander Schauffele di Australia mengungkapkan respeknya terhadap pegolf Korea yang sangat berbakat itu. ”Sungjae adalah pemain yang sulit dipercaya. Rasanya ia bahkan bermain lebih siap daripada saya. Pukulannya tidak banyak meleset. Rasany Sungjae memudahkan siapa saja yang bermain dengannya,” tutur Hadwin, yang juga terkenal akan kemampuannya memukul lurus.

Ketika Tim Internasional tiba di Royal Melbourne, mayoritas pemain memilih untuk berjalan di lapangan pada hari Minggu pekan pertandingan itu. Kala itu angin berembus dan berputar, sesuatu yang takkan berlangsung sepanjang sisa pekan itu. Adam Scott, pemain veteran yang telah tampil sembilan kali, membagikan anekdot yang menggambarkan setangguh apa Im.

”Kondisinya sangat berangin sampai saya yakin tidak berniat memainkan satu hole pun karena tak ingin menghancurkan rasa percaya diri saya,” kenang Scott. ”Sungjae menjadi satu-satunya yang bermain, jadi kami hanya berjalan dan melihatnya memainkan beberapa hole, dan bahkan dengan embusan angin sekencang 25 mil per jam, ia memukul fairway, gree, fairway, green, membuatnya seperti Iron Byron, seperti mesin.”

”Kalau bisa memenangkan Presidents Cup, pencapaian ini akan menjadi bagian dari karier saya. … Saya akan pastikan berjuang sebaik mungkin.” — Im Sungjae.

Woodland malah mengalami petaka tatkala berhadapan dengan Im yang tampil luar biasa pada partai tunggal, sampai harus kalah telak 4&3. ”Sangat stres! Saya sudah main dengan bagus, tapi masih digilas olehnya,” ujar Juara U.S. Open 2019 ini.

Im tumbuh mengenal golf di Pulau Jeju berkat dorongan orangtuanya. Ia menanjak ke jajaran profesional dengan melejit pesat. Setelah mewakili tim nasionalnya, ia bermain pada Korean PGA TOUR dan Japan Golf Tour semasa remaja, sebelum akhirnya meraih sukses kilat lewat Korn Ferry Tour. Tahun 2018 ia menyabet gelar Player dan Rookie of the Year berkat dua kemenangan dan beberapa kali masuk sepuluh besar.

Transisinya ke jajaran elite PGA TOUR juga terbilang mulus lantaran ia berhasil masuk jajaran 30 besar dan mengikuti TOUR Championship 2019 untuk menyabet status Rookie of the Year dan dipilih masuk Tim Internasional Presidents Cup. Pengalaman tim pertamanya di bawah arahan Els kala itu juga menjadi pemantik bagi Im untuk membantu Tim Internasional mewujudkan kemenangan kedua sejak ajang dua tahunan ini pertama kali digelar tahun 1994.

”Kalau bisa memenangkan Presidents Cup, pencapaian ini akan menjadi bagian dari karier saya,” ujar Im. ”Hanya ada satu kemenangan yang pernah diraih Tim Internasional, jadi jika bisa menjadi bagian dari tim ketika kami menang berikutnya, pasti akan menjadi prestasi yang sangat berarti. Saya akan pastikan berjuang sebaik mungkin.”

Im tidak meragukan bahwa persahabatan dan ikatan yang telah terbangun dan diperkuat selama beberapa tahun terakhir akan membantu upaya tim ini untuk mengalahkan Tim Amerika. Logo perisai Tim Internasional yang baru, yang mempersatukan semua bendera dari tiap anggota, juga telah menjadi pemersatu bagi skuad yang terdiri dari berbagai negara di seluruh dunia ini.

 

Sungjae Im dan Tiger Woods di Royal Melbourne.
Tiger Woods (kanan) memberi selamat kepada Im pada partai tunggal hari Minggu di Royal Melbourne Golf Course. Foto: Getty Images.

 

Im tak berniat menukar pengalamannya tahun 2019 itu dengan hal apapun di dunia ini, meskipun harus takluk dari Tim AS yang kala itu dipimpin oleh Kapten Tiger Woods, yang memastikan kemenangan dramatis pada partai tunggal hari terakhir. Ia berniat menggunakan kepahitan tersebut untuk membakar semangatnya.

”Semua orang bersorak sebagai satu tim merupakan momen paling spesial bagi saya dari tahun 2019 itu,” ujar Im. ”Itulah Presidents Cup pertama saya dan pekan itu menjadi pekan yang cukup mengesankan buat saya dan memberikan pengalaman luar biasa. Saya menantikan gelaran berikutnya. Quail Hollow bukan lapangan yang mudah, tapi Tim Internasional kami akan berjuang sebaik mungkin, dan saya akan berusaha sebaik mungkin. Kami sudah menjadi lebih dekat dan lebih nyaman satu dengan yang lain.”

Kemenagan bagi Tim Internasional sudah pasti akan dirayakan oleh Im dan seluruh dunia, yang akan menuju ke Quail Hollow. Dan ia tahu, pekan yang sukses akan menjadi semacam penebusan bagi Els.

”Ernie sudah memimpin tim kami dengan begitu baik pada tahun 2019 … kami punya semangat tim yang luar biasa dan bermain sebagai satu tim. Dan logo Tim Internasional memberi motivasi bagi kami dan membantu kami Bersatu,” ujarnya.

”Sebelum partai tanggal, kami sempat memimpin. Namun, sayangnya, pada akhirnya kami tak bisa mengangkat trofi itu. Jelas kami punya harapan untuk menang dan partai terakhir itu sangatlah intens dan sengit. Saya harap kami bisa berbuat lebih baik dan menang dalam gelaran berikutnya.”