Mengapa dan bagaimana para pegolf melakukan rutinitas tertentu sebelum melakukan pukulan?

Oleh Jim McCabe

Golf. Ini olahraga yang sangat individual. Berlaku tak hanya bagi mereka yang menggenggam club, tapi juga bagi mereka yang memiliki kerap berdecak, yaitu para penonton golf.

Mereka juga penggemar, pria maupun wanita, yang menentukan—setidaknya dalam benak masing-masing—apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang memikat mereka, atau apa yang membuat mereka kesal. Preferensi individu selalu berperan.

Mengingat hasrat mereka terhadap olahraga ini, tidaklah mengherankan jika tak satu pun yang terlewatkan dari pandangan penggemar—dan hal ini bisa berarti bagus, bisa juga buruk bagi para pegolf profesional yang mendapat sorotan. Anda ingin memegang rutinitas Anda karena begitulah Anda diajarkan sejak junior, dan hal ini jelas tidak mengapa. Hanya saja Anda harus memperhatikan ketika Anda hendak berjongkok, lalu melangkah ke bola, mundur, lalu bolak-balik, jongkok, lalu kembali ke bola, nah, hati-hati saja. Para penggemar mungkin akan menghakimi Keegan Bradley dengan keras lantaran rutinitas sebelum memukul bolanya membuat mereka pusing.

Atau mereka malah menganggapnya keren. Ingat, cita rasa individu berperan di sini!

Namun, sambil kita menonton rutinitasnya, bagaimana pelatih dan orang-orang di sekitarnya menjelaskan rutinitas tersebut?

”Jawaban terbaiknya ialah ia tidak selalu melakukan hal tersebut ketika sedang bermain dengan orang lain dan bersenang-senang,” ujar ayah Keegan, Mark Bradley, yang merupakan pegolf profesional klub sambil tertawa. ”Namun, rutinitas itu bersumber dari Dr. Bob Rotella (psikolog olahraga kenamaan) yang kerap menyampaikan, ’Jangan memukul sampai Anda benar-benar siap melakukannya.’

”Dan saya menawarkan hal ini dengan sangat menghormati Dr. Rotella.”

Mark Bradley jugalah yang menyampaikan kepada para penggemar untuk menoleransi keanehan para pegolf profesional lantaran rutinitas sebelum memukul bola sangatlah krusial untuk menyiapkan seorang pemain melakukan pukulan yang sering kali lebih penting daripada yang kebanyakan kita pikirkan.

 

Keegan Bradley terbiasa maju-mundur sebelum melakukan pukulan. Foto: Getty Images.

 

Artinya, jika Keegan Bradley melangkah untuk melakukan pukulan, lalu mundur lagi, dan maju lagi, sebelum mulai mengkritiknya, pertimbangkan juga tekanan yang ia pikul.

Oh ya, kalau Kevin Sutherland menolak untuk bersiap melakukan pukulan berikutnya tanpa handuknya, dia jelas berhak melakukannya.

”(Kebiasaan) ini bermula dari ajang golf junior dan berlanjut ke berbagai Tour mini,” ujar Sutherland, anggota PGA TOUR sejak lama, yang kini bermain pada PGA TOUR Champions. ”Anda tidak memiliki kedi saat itu, jadi harus membawa handukmu sendiri. Ketika saya masuk PGA TOUR (tahun 1996), saya putuskan, ’Kenapa juga harus mengubah (kebiasaan ini)?’”

Begitu tak terpisahkannya Sutherland dan handuknya sehingga bertahun-tahun lalu, John Wood sang kedi memahami tugas pertamanya. ”(Kevin) melangkah ke green dan Anda harus memberinya putter dan handuk. Keduanya satu set. Jangan sekali-kali memberi salah satunya saja.”

Rutinitas Sutherland yang mengelap grip dengan handuknya itu terlihat kontras dengan David Toms, yang selalu berdiri di belakang bolanya untuk memvisualisasikan pukulan berikutnya, lalu menjilat jari kelingking dengan lidahnya sebelum melangkah untuk bersiap memukul.

Gerakan tersebut, Toms berujar, semacam saklar pemicu yang memberi tahu dirinya untuk melangkah.

Kurang lebih seperti halnya Phil Mickelson dengan putaran club-nya yang ikonik. Ya, kita semua tahu. Semua anak juga memutar club-nya sekarang—Justin Thomas, kami melihatmu juga!—tapi Lefty, julukan Mickelson, memiliki ciri khasnya sendiri.

Entah dimulai secara sadar, entah tanpa disadari, Mickelson tidak pernah bilang, tapi jelas ia menganggap gerakan itu membuatnya tampak keren—sudah pasti keren karena betapa banyak pemain yang menirunya.

”Pukulan putting yang bagus menuntut irama yang mulus dan pengulangan langkah yang mantap.” — Tiger Woods, How I Play Golf.

Keegan Bradley, misalnya.

Langkah maju-mundur yang membantunya bersiap untuk bermain menjadi ciri khas Bradley sendiri. Namun, memutar club beberapa kali sebelum mulai memukul? ”Gerakan itu berasal dari Phil,” ujar Mark Bradley. ”Ketika masih kecil, dia melihat Phil melakukannya dan ia mengidolakan Phil, jadi sudah lumrah jika dia pun melakukannya.”

Idola Bradley lain ketika masih kecil? Freddie Couples dan Tiger Woods, keduanya juga memiliki nuansa sebelum melakukan pukulan.

Woods selalu memiliki plester kecil di jari tengah tangan kanannya untuk mengingatkannya menggenggam club dengan tepat. Couples akan menekuk lehernya, menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Kebiasaannya yang lain melibatkan pemilihan bola golf, yang membuatnya selalu mengeluarkan bola dengan nomor 4.

Kenapa? ”Karena saya pernah memukul satu bola (bernomor 4) ke luar area permainan,” jawab Couples.

Terdengar seaneh Tommy Armour III yang, tanpa penjelasan logis, takkan pernah memainkan putaran kompetitif tanpa payung di tasnya—meskipun dilakukan di Palm Springs tanpa peluang hujan sama sekali!

Mengapa? ”Karena saya pernah kehujanan di lapangan tanpa ada payung dan saya bersumpah hal serupa takkan terjadi lagi.”

Mungkin kebiasaan seperti itu lebih condong sebagai takhyul daripada rutinitas sebelum memukul bola. Namun, kebiasaan demikian terjadi dengan pemikiran sama: bagaimana seorang pemain menjalani kesehariannya di lapangan.

Justin Rose akan berdiri di belakang bolanya, menempatkan club sehingga posisi shaft-nya hampir sejajar dengan permukaan, lalu membayangkan pukulan yang akan melesat ke arah yang sama. Aaron Baddeley menutup mata sebelum melakukan putting. Jason Duffner menggoyang club di atas bola sebelum memukulnya.

 

Kebiasaan Phil Mickelson memutar club ikut menular kepada generasi muda. Foto: Getty Images.

 

Bagi Mickelson, arloji menjadi bagian dari seragamnya. Ia tak pernah bermain tanpa mengenakan arloji. ”Rasanya saya mesti tahu jam berapa harus melakukan persiapan dan tak ingin selalu bertanya kepada orang lain.”

Dari sekian banyak daftar dari aspek permainan Woods yang patut dikagumi, yang hampir berada di posisi teratas ialah rutinitas jelang memukul di green. Ia pernah mengatakan bahwa waktu yang ia butuhkan untuk melakukannya—”17 detik,” ia memberi tahu wartawan—dan ketika waktunya diukur pada hari itu, ia berdiri menghadapi putting yang akan ia lakukan rata-rata persis 17 detik.

”Pukulan putting yang bagus menuntut irama yang mulus dan pengulangan langkah yang mantap,” tulis Woods dalam bukunya How I Play Golf.

Banyak pemain yang mengikuti filosofi serupa. Hanya saja ”pengulangan langkah” itu mungkin terlihat berbeda bagi Jim Furyk. Sebab rutinitasnya di atas green menuntutnya untuk berdiri di belakang putt-nya, membiarkan kedi Mike Cowan berbaris dengannya, kemudian ketika Furyk melangkah, Cowan akan bergeser ke samping. Hanya pada saat itulah Furyk akan mundur dan mulai bersiap mengayunkan putter-nya.

Pemandangan itu mungkin membuat penonton frustrasi, namun kebiasaan tersebut membuahkan hasil. Furyk sanggup mengulangi putting serupa dengan cara yang positif untuk menjuarai 17 ajang PGA TOUR, termasuk U.S. Open.

Apakah Furyk bakal mengajarkan rutinitasnya itu kepada pegolf muda? Mungkin tidak. Dan ia juga tidak bakalan mengajarkan swing yang ia buat sendiri kepada orang lain.

Namun, ia selalu mendorong para pegolf muda untuk memiliki rutinitas dengan kenyamanan pribadi masing-masing. Entah memutar club, entah melangkah maju-mundur, atau memiliki handuk kesayangan, atau bahkan menjilat kelingking sendiri.

”(Rutinitas) itu sesuatu yang sudah saya lakukan sejak kuliah,” Toms memberi tahu para wartawan. Ia mengakui rutinitas itu mungkin kelihatan konyol, namun tak mungkin ia berhenti melakukannya.

”Tindakan tersebut bersifat seperti pemicu mental bagi saya untuk bersiap memukul dan fokus. Memiliki rutinitas sebelum memukul bola jelas sangat berarti.”