Bintang-bintang golf Asia berikut layak Anda ikuti pada sepanjang tahun 2021 ini!

Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director International Marketing and Communication APAC PGA TOUR, berdomisili di Kuala Lumpur, Malaysia.

Kecuali Anda adalah Bryson DeChambeau, pepatah lama Drive for show and putt for dough (drive untuk pamer dan putt untuk menang) sudah sejak lama menjadi esensi kebijakan bermain golf. Dengan kata lain, perbedaan antara keberhasilan dan keputusasaan hanya dalam hitungan inchi, bukan yard atau meter.

Begitu cepatnya seorang pemain memasukkan bola ke lubang sering menciptakan perbedaan antara menang atau kalah dalam olahraga, di mana hanya satu pegolf dari 144 pemain lain yang tampil sebagai pemenang tiap pekan di panggung PGA TOUR.

Jelas DeChambeau telah mengguncang dunia golf dengan lengannya yang menyerupai Popeye dan swing yang sangat bertenaga sehingga ia mampu memukul bola sedemikian jauhnya dalam setahun terakhir ini. Ia menjadi pemukul driver terjauh PGA TOUR tahun 2020 dengan rata-rata 322 yard (294 m) dari tee dan saat ini memimpin pada musim 2020-2021 dengan rata-rata 337 yard (308 m).

Satu hal yang menarik, DeChambeau mencatatkan drive sejauh 428 yard (391,3 m) pada Travelers Championship bulan Juni 2020—jarak itu terbantu dengan fakta bolanya bergulir di jalur buggy sejauh 100 yard (91,4 meter)—tercatat sebagai drive terjauh PGA TOUR. Meski ia membuat semua orang tercengang, justru Dustin Johnson yang pulang dengan membawa hadiah terbesar. Ajang itu menjadi kemenangan pertama dari tiga gelar yang Johnson raih untuk membantunya menjuarai FedExCup 2020, plus US$15 juta dari prestasinya itu.

 

Dengan kualitas putting yang lebih baik, An Byeonghun siap meraih gelar perdananya tahun 2021 ini. Foto: Getty Images.

 

Jarak pukul dan kekuatan masih menjadi sesuatu yang vital bagi golf pada era modern ini. Sejauh ini DeChambeau yang baru berusia 27 tahun, dan telah memanfaatkan sains dan protein shake serta steak, telah memetic hasil dari kerja kerasnya dengan menambah dua gelar tahun lalu. Kini ia mengoleksi tujuh gelar PGA TOUR.

Dengan PGA TOUR yang memulai tahun kalender 2021, para bintang Asia hampir pasti bakal meninggalkan musim dingin mereka dengan otot-otot tambahan. Namun, mereka jelas akan tetap mengingat pepatah terkenal golf bahwa putter akan tetap menjadi salah satu perangkat terpenting di tas golf mereka.

Bintang Jepang Hideki Matsuyama, misalnya, bakal bersemangat untuk mengakhiri lebih dari tiga tahun puasa gelar. Gelar terakhir ia menangkan pada World Golf Championships-FedEx St. Jude Invitational 2017. Matsuyama, yang berulang tahun ke-29 pada Februari nanti, sangat dikenal sebagai salah satu pemukul bola yang paling murni. Statistiknya juga telah mendukungnya. Secara konsisten ia berada di jajaran atas Strokes Gained: Tee to Green dan Approach the Green selama bertahun-tahun. Musim lalu, ia finis di peringkat 2 dan 5 untuk kedua statistik tersebut.

Namun, ia mesti ingat juga bahwa Strokes Gained: Putting miliknya berada di posisi 170 pada tahun lalu. Pada musim 2020-2021 ini ia berada di peringkat 158. Analis CBS Golf Nick Faldo, yang juga pemegang enam gelar Major, telah mengamati pergulatan Matsuyama dengan putter-nya itu.

”Ada beberapa hal yang kami latih, lebih ke visual, pembacaan green, dan berusaha mendapatkan hal-hal tersebut dengan lebih baik.” — An Byeonghun,

Meski demikian, bintang Matsuyama masih bersinar. Ia finis di peringkat 15 pada klasemen akhir FedExCup 2020. Untuk tujuh kali berturut-turut, ia juga berhasil mengikuti ajang elite khusus bagi 30 pemain pada TOUR Championship. Begitu permainan putter-nya meningkat, sulit dibayangkan apa yang bisa ia hasilkan di atas green pada tahun 2021 ini.

Sementara itu, bintang Korea An Byeonghun juga sangat ingin untuk memastikan kemenangan pertamanya pada PGA TOUR. Seperti halnya Matsuyama, pegolf berusia 29 tahun, mantan juara U.S. Amateur ini juga salah satu pemukul tangguh, yang sering kecewa oleh performa putting-nya. Tahun lalu ia berlatih dengan Brad Faxon, pemegang delapan gelar PGA TOUR untuk meningkatka teknik putting-nya. Ia ada di posisi 40 untuk Strokes Gained: Tee to Green, 14 untuk Around the Green, tapi 176 untuk Putting pada musim lalu.

”Ada beberapa hal yang kami latih, lebih ke visual, pembacaan green, dan berusaha mendapatkan hal-hal tersebut dengan lebih baik. Sejujurnya, tak banyak teknik … saya sedikit mengubah rutinitas. Sangat sederhana malahan, saya mengubahnya hanya dalam empat, lima hari. Masih bisa dibilang perubahan yang besar, tapi bukan besar juga, kalau Anda mengerti maksud saya,” ujar pegolf Korea yang mencatatkan ranking terbaiknya pada FedExCup 2020 lalu di peringkat 33.

Lalu ada juga bintang China Taipei C.T. Pan. Pemegang satu gelar PGA TOUR ini sering mengandalkan short game-nya untuk membawanya ke jajaran atas klasemen. Ia juga telah menunjukkan sentuhan yang mengagumkan setelah secara mengesankan finis T7 dalam debutnya pada Masters Tournament bulan November 2020. Meskipun bukan pemukul jauh—rata-rata pukulannya hanya 287 yard (282,4 m) dan berada di peringkat 167—Pan sadar short game menjadi vital untuk mengimbangi para pemukul jauh dan telah memperbaiki peringkatnya dari 188 menjadi 79 pada kategori Strokes Gained: Putting musim lalu. Setelah kampanye yang suram tahun 2020 dengan lebih banyak gagal lolos cut dan tak sekalipun finis di sepuluh besar, peruntungan pegolf berusia 29 tahun ini mulai  berubah setelah finis T12 pada Sanderson Farms Championship.

 

Memainkan enam musim berturut-turut pada PGA TOUR, Anirban Lahiri berharap meraih gelar perdananya pada tahun 2021. Foto: Getty Images.

 

”Rasanya lega. Saya mengalami kesulitan sepanjang tahun, jadi hasil kali ini jelas menjadi langkah besar bagi saya dan sangat meningkatkan percaya diri,” ujar Pan, yang suksesnya pada Masters memberinya hak bermain lagi di Augusta National bulan April nanti.

Seperti halnya An, Anirban Lahiri dan Kiradech Aphibarnrat juga berniat untuk meraih kemenangan PGA TOUR perdana pada tahun ini. Lahiri, yang bermain dalam enam musim berturut-turut di AS mulai meninggalkan permainan buruk yang telah membuatnya kesulitan dalam dua tahun terakhir. Pada periode absennya pertandingan PGA TOUR akibat COVID-19, ia membangun ulang permainannya dengan pelatihnya sejajk lama, Vijay DIvecha. Hasilnya, ia meraih finis sepuluh besar pertamanya sejak 2018 pada Corales Puntacana Resort and Club Championship. Kemudian ia finis T11 pada ajang Bermuda Championship.

”Semua ini terkait dengan membangun momentum untuk melangkah ke depan, membangun percaya diri dan keyakinan dan melipatgandakannya untuk bisa lebih sering bersaing, dan berusaha berlatih demi huruf ’M’ (menang). Saya harus berpikir seperti itu,” ujar Lahiri.

Meskipun pukulan Kiradech tak sejauh dan sebertenaga DeChambeau, seperti halnya kebanyakan pemain top dari Thailand, ia diberkati dengan tangan yang halus dan sentuhan yang luar biasa di sekitar green. Begitu ia kembali mendapatkan kebugarannya, ia berpeluang untuk melakukan terobosan karier dalam musim ketiganya pada PGA TOUR.