Morikawa, Kim, dan List bersinar pada tiga turnamen musim gugur FedExCup berkat putter yang tajam.
Collin Morikawa Memetik Buah dari Latihannya di Putting Green
Mungkin sesi putting selama dua setengah jam yang dilakukan Collin Morikawa di green latihan pada ZOZO CHAMPIONSHIP. Atau mungkin juga keputusannya menggunakan shaft prototipe dari Mitsubishi untuk putter-nya, yang juga ia mainkan pada Ryder Cup dan konon ia sukai, yang ia gunakan tiga pekan kemudian di Accordia Golf Narashino Country Club.
Meskipun ia terus menyebut pergantian putting, ia membalas, ”tidak ada” ketika ditanya apa yang ia temukan saat berlatih, hasilnya jelas terbukti lantaran ia berhasil membalikkan ketertinggalan dua stroke menjadi kemenangan enam stroke pada hari Minggu, membukukan skor 63 pada putaran final yang sekaligus menjadi putaran final terendah pada dan selisih kemenangan terbesar pada turnamen itu.
Putter Morikawa sepanjang pekan itu benar-benar jitu. Ia menorehkan 24 birdie, terbanyak di antara para pesaingnya. Bahkan 12 di antaranya ia ciptakan dalam 24 hole terakhir, yang ia mainkan tanpa bogey untuk memberinya kemenangan.
Benar-benar putaran yang dramatis bagi pemain yang melangkah ke pekan itu dengan berada di peringkat 110 dalam kategori Strokes Gained: Putting. Kemampuannya ini bahkan ikut membantu pukulannya yang tidak konsisten, di mana Morikawa hanya memukul bolanya ke 19 dari 52 fairway (termasuk 5 dari 13 pada putaran final, meskipun ia hanya meleset dari 3 green in regulation pada hari itu).
”Sebagai orang yang separuh keturunan Jepang dan melihat kembali hal tersebut dan bisa membangun koneksi dengan orang-orang di sini sungguh sangat berarti.” — Collin Morikawa.
Kemenangan itu jelas istimewa bagi Morikawa, yang ayahnya merupakan keturunan Jepang. Ia mengakui bahwa ZOZO CHAMPIONSHIP selalu menjadi bagian dari jadwalnya, dan ia meluangkan empat hari sebelum turnamen dengan sang istri, Kat, di Tokyo untuk jalan-jalan dan ”benar-benar makan”.
”Sebagai orang yang separuh keturunan Jepang dan melihat kembali hal tersebut dan bisa membangun koneksi dengan orang-orang di sini sungguh sangat berarti,” tutur Morikawa. ”Ketika Anda bisa sedikit lebih menyentuh aspek kecil itu, terkadang akan memunculkan sedikit rasa bangga.
”Pada awal pekan ini saya tahu kalau para penggemar di lapangan sangat mendukung para pemain Jepang, tapi saya ingin mempertimbangkan diri saya sebagai bagian dari pemain Jepang itu, jadi saya merasakan dukungan mereka. Para penggemarnya sungguh luar biasa, dan saya tak sabar untuk bisa kembali.”

Tom Kim Menang lagi pada Shriners Children’s Open
Tom Kim baru berusia 21 tahun lebih sedikit. Tidak terlalu tua untuk anak-anak yang tengah menjalani perawatan di rumah sakit yang mendapat dukungan dari sebagian penyelenggaraan Shriners Children’s Open. Dan kini dia telah dua kali menjuarai turnamen tersebut setelah sukses mempertahankan gelarnya di Las Vegas itu.
Kim menemukan zona nyamannya di TPC Summerlin. Dalam delapan putaran ia mencatatkan 11,72 stroke lebih baik daripada para pesaingnya untuk kategori Total Putting—angka terbaik dalam turnamen mana pun dalam kariernya yang masih muda. Selain itu, ia membuat 28 birdie atau lebih baik dalam keberhasilannya mempertahankan gelar. Angka ini menyamai nilai birdie terbanyak pada ajang Shriners Children’s Open sejak nilai par diganti menjadi 71 pada tahun 2009. Secara khusus permainannya efisien di par 4, membukukan 19 birdie dengan persentase 43,2%, yang menjadi birdie terbanyak atau persentase lebih baik pada par 4 PGA TOUR tahun ini.
Kim menjadi pegolf termuda keempat yang meraih tiga kemenangan. Ia hanya berada di belakang Gene Sarazen dan Horton Smith, yang sama-sama berusia 20 tahun, dan Tiger Woods, yang 13 hari setelah berusia 21 tahun ketika berhasil meraih gelar ketiganya.
”Sungguh manis. Rasanya dua kemenangan pertama terjadi begitu cepat. Butuh lebih lama daripada dua gelar pertama untuk bisa meraih kemenangan ketiga ini, tapi rasanya sungguh manis,” tutur Kim.
Luke List Menjuarai Sanderson Farms Championship
Like List menyimpan putt terjauhnya pada pekan itu untuk momen terbesarnya. Ia menggulirkan putt sejauh 12 meter untuk birdie di hole sudden death pertama menghadapi empat pemain lain untuk menjuarai Sanderson Farms Championship.
Mestinya hal ini tidak begitu mengejutkan. Statistik menunjukkan putter menjadi kunci kemenangan kedua List, setelah pegolf berusia 38 tahun ini mengejar ketertinggalan lima stroke pada putaran final dan menunggu lebih dari sejam sampai grup terakhir menuntaskan permainan.
Permainannya, secara khusus, solid di sembilan hole terakhir, di mana ia finis dengan +5,16 untuk Strokes Gained: Putting, ketimbang hanya 0,84 di sembilan hole pertamanya. Ia memasukkan 5 putt di atas 3 meter dalam sembilan hole terakhirnya, termasuk birdie dari jarak 8,4 dan 9,6 meter pada putaran kedua, dan 20 kali melakukan satu putt. List juga tidak membuat bogey di sembilan hole terakhir dalam tiga putaran terakhirnya.
Alumnus Vanderbilt University ini pun memenangkan play-off pertamanya. Setelah sembilan tahun berkarier pada PGA TOUR, List kini telah meraih kemenangan dalam dua musim terakhir, dengan rentang 46 turnamen. Yang menarik, ia tidak pernah masuk sepuluh besar dalam turnamen lain yang ia ikuti di antara dua kemenangannya ini, dan fakta ini menjadi yang terpanjang pada PGA TOUR sejak 1983.
Salah satu pemain yang ia kalahkan termasuk lulusan PGA TOUR University yang tengah dalam permainan terbaik, Ludvig Aberg dari Swedia, yang tampil sepekan setelah melakoni debutnya pada Ryder Cup.