Jim McCabe menunjukkan alasan mengapa Tim Internasional bisa berkepala tegak meskipun takluk dari Tim AS pad Presidents Cup bulan September 2024 lalu.
Oleh Jim McCabe.
Demi menghangatkan jiwa dari para pendukung sejati, yang tetap mempertahankan dukungannya bagi Tim Internasional dalam 30 tahun penyelenggaraan Presidents Cup, ada sesi satu hari yang tak terlupakan yang menjadi gambaran kesempurnaan di Royal Montreal Golf Club baru-baru ini.
Sapu bersih lima partai foursome. Tim Internasional menciptakan keajaiban yang menunjukkan dominasi yang belum pernah terlihat sejak sekian lama.
Kemenangan itu termasuk atas pemain paling dinamis peringkat pertama (Scottie Scheffler, bersama Russel Henley) dan kedua (Xander Schauffele, dengan Patrick Cantlay) di dunia dan menampilkan kemenangan dengan skor yang unik 7&6, 6&5 dan 5&4 yang tampaknya mengirimkan pesan bahwa kali ini, akhirnya, ajang ini akan berakhir secara berbeda.
Para pemain, seperti Adam Scott, Hideki Matsuyama, Tom Kim, Mackenzie Hughes, dan Kim Siwoo tampil bak pemain yang kerasukan. Mereka bermain penuh semangat dengan niatan utama mengakhiri dominasi Tim AS dalam kompetisi dua tahunan ini.
Sayangnya, keajaiban itu tidak berlanjut ke akhir pekan lantaran mulai dari imbang 5-5 sepanjang dua sesi (kubu Amerika mengawalinya dengan memenangkan lima partai four-ball pada hari pembukaan), skuad Amerika yang kuat, dengan 12 anggotanya berada di jajaran 25 besar dunia, melejit.
Dengan menyamai skor 3-1, kubu Amerika memenangkan kedua sesi four-ball pagi dan foursome siang pada hari ketiga untuk memimpin dengan selisih yang cukup besar, 11-7. Hari Sabtu itu menjadi hari ketika tim inti AS yang menduduki sepuluh besar dunia—Scheffler, Schauffele, Cantlay, dan Collin Morikawa—berperan dalam enam kemenangan.
Hari Sabtu itu juga menjadi hari yang meruntuhkan moral, sebagaimana Jumat yang penuh semangat menjadi gambaran terakhir dari Presidents Cup 2024. Dengan edisi ini menjadi kemenangan ke-10 secara berturut-turut bagi Amerika dalam ajang beregu internasional dua tahunan ini dengan kemenangan meyakinkan 18,5-11,5 sebagai skor akhirnya, senja yang lekas turun di Kanada itu menjadi latar kegagalan Tim Internasional untuk finis meyakinkan pada hari Sabtu, sekaligus menuturkan sebuah edisi kisah dari kekalahan menyakitkan.
Kalau saja bukan karena sejumlah swing yang salah dan kesengsaraan di hole 18, Tim Internasional berpeluang memiliki keunggulan 3-1 pada sesi foursome sore hari dan imbang 9-9 menuju partai tunggal. Masalahnya, ada beberapa swing yang salah serta kesengsaraan yang mematikan, dan kepedihan itu pun berlanjut. Menariknya, statistik yang muncul begitu pertandingan usai menunjukkan Tim AS memenangkan total 117 hole, sedangkan Tim Internasional memenangkan 116 hole. Ini menunjukkan betapa sengitnya duel di Royal Montreal itu.
”Menyakitkan,” ujar Mackenzie Hughes, yang berpasangan dengan sesame pegolf Kanada, Cory Conners dalam tiga partai. Mereka memberi banyak alasan bagi para pendukung untuk menyanyikan lagu kebangsaan, O Canada, dengan kemenangan sesi foursome pada hari Jumat, namun kalah dua kali pada hari Sabtu.
Kekalahan pada sore hari dalam partai foursome itu bakal membuat mereka jengkel untuk jangka waktu yang lama. Keunggulan 2-up sejak awal langsung sirna, dan mereka harus berjuang keras untuk menyamakan kedudukan dalam 16 hole. Di belakang mereka, Tom Kim dan Kim Siwoo juga berjuang keras untuk mengimbangi Schauffele dan Cantlay dalam 16 hole.
Jadi, dengan semua rekan setim mereka dan mayoritas penonton di Royal Montreal mengharapkan kedua pasangan ini meraih kemenangan dramatis dan meraih skor imbang 9-9, kekecewaan justru menyelimuti seluruh arena. Pukulan approach Conners meleset dari green di hole 18, Hughes melakukan chipping yang buruk dan menutup permainan dengan bogey sehingga duet Kanada ini takluk dari Morikawa dan Sam Burns.
”Saya merasa terluka di sana dan kekecewaan ini bakal terasa untuk waktu yang lama,” ujar Hughes. ”Mereka mempercayai kami untuk bangkit pada sore hari dan menyumbangkan poin. Kami melakukan banyak hal positif, tapi rasanya masih kurang, jadi rasanya menyakitkan.”
Berikutnya, duo Korea Selatan memainkan hole 18 dengan baik dan Kim Siwoo menghadapi putt sejauh 4,8 meter untuk memberi peluang menang. Hanya saja justru Cantlay, yang juga dari jarak yang sama, yang memasukkan putt birdie, bukan Tim Internasional. Dua peluang tersebut bisa saja berakhir sebaliknya, namun keduanya menjadi milik Tim AS.
”(Posisinya) silih berganti,” ujar Kapten Tim Internasional Mike Weir. ”Salut untuk para pemain AS; mereka bermain luar biasa pada saat-saat terakhir dan memainkan hole 18 dengan sangat baik ketika pertandingan begitu sengitnya.”
Cemas oleh hasil akhir hari Sabtu itu, Tim Internasional pun membutuhkan pengulangan ajaib pada hari Jumat dalam 12 partai tunggal pada hari terakhir untuk memiliki peluang meraih kemenangan pertama sejak 1998. Namun, upaya itu pun kandas. Tim AS meraih kemenangan oleh para pemimpinnya (Schauffele, Cantlay, Morikawa) dan menambah 7,5 poin lagi pada partai tunggal. Hanya Conners, Hideki Matsuyama dari Jepang yang mengalahkan Scheffler, dan pegolf Afrika Selatan Christiaan Bezuidenhout yang mencatatkan kemenangan bagi Tim Internasional. Adapun An Byeonghun, Tom Kim, dan Minwoo Lee hanya meraih setengah poin.
”Kebanyakan partai berlangsung ketat,” ujar Weir, yang menyadari statistik kunci pada pekan itu—20 dari 30 partai baru bisa ditentukan setidaknya hingga hole ke-17. Kubu Amerika, tentunya, meraih mayoritas kemenangan. ”Rasanya kecewa karena kami gagal menang. Kami menyatukan tim untuk memenangkan ajang ini dan ketika gagal meraihnya, rasanya pasti kecewa. Namun, banyak hal positif yang bisa dibawa pulang.”
Hal yang paling positif mungkin ada pada pegolf muda Korea Tom Kim. Dalam usia 22 tahun, ia sudah dua kali bermain dalam Presidents Cup dan meskipun mencatatkan rekor 1-2-1 (menang-kalah-imbang) jelas ia pulang dengan belajar bagaimana caranya menuntaskan permainan dengan meyakinkan dan lebih mengendalikan emosinya. Ketika kompetisi berakhir, Tom Kim mengungkapkan bahwa ia menghampiri Kapten Tim AS Jim Furyk dan pemain top mereka Schauffele untuk meminta maaf atas sejumlah komentar pedas dan sikapnya yang meragukan. Kedua pegolf Amerika itu menerimanya dan memuji Tom Kim akan permainannya, serta semangatnya yang meluap-luap, serta sikapnya yang kerap menyampaikan apa yang ia pikirkan.
Sebagai pujian, Tom Kim mungkin masih muda, tapi ia menyerap sejarah dengan baik. Meskipun memiliki catatan 1-13-1 dalam kompetisi ini, Presidents Cup menjadi ajang serius baginya dan teman-teman satu timnya dan ada hasrat membara untuk memutarbalikkan keadaan. ”Ketika Anda mengalami kekalahan sedemikian banyaknya, saya rasa selalu ada kisah ketika orang bisa kembali bangkit,” ujarnya setelah bermain dengan begitu indah dalam partai sengit dengan Burns, yang berakhir imbang pada partai tunggal.
Terdengar layaknya pemain yang cocok menjadi pemimpin tim ketika Presidents Cup dimainkan di Chicago pada tahun 2026. Tom Kim sendiri tidak menutupi menerima tantangan ini. ”Tidak selamanya kemenangan itu terjadi. Akan ada pukulan-pukulan yang meleset yang memberi keuntungan bagi kami. Beberapa break, beberapa pantulan bola yang menguntungkan kami, dan hal-hal seperti itu akan menciptakan perbedaan. Kami bermain dengan hebat dan terkadang kami hanya nyaris berhasil, tapi saya tidak kehilangan harapan,” ujarnya.
Kemenangan 5-0 pada partai foursome hari Jumat menjadi alasan mengapa mereka akan melangkah maju dengan kepala tegak.