Seluk-beluk olahraga golf mendorong pegolf, seperti Bernhard Langer dan Jeffrey Guan dalam jalur yang serupa.
Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director, Marketing & Communications APAC untuk PGA TOUR dan berdomisili di Malaysia.
Golf sering dipandang sebagai olahraga yang mencerminkan kerumitan hidup. Entah itu menguji kemampuan, kesabaran, maupun kekuatan di dalam diri. Jika berhasil, golf menjadi olahraga yang bisa dimainkan selama beberapa dekade dan memberi ganjaran bagi mereka yang sukses di level tertinggi.
Sebaliknya, olahraga ini juga menjadi pengingat yang jelas tentang betapa rapuh dan menantangnya kehidupan, dan hal ini sering kali menuntut ketahanan manusia dan determinasi yang kuat untuk bersinar melewati semua kesulitan.
Bernhard Langer dari Jerman, yang dalam usia 67 tahun telah menjuarai 124 turnamen di seluruh dunia. Sementara itu, pegolf Australia berdarah China Jeffrey Guan, yang beralih profesional setahun lalu, menunjukkan bagaimana golf bisa menjadi salah satu elemen yang membentuk kehidipan bagi mereka yang mendedikasikan dirinya bagi olahraga ini.
”Orang-orang bertanya kenapa saya masih bertanding …. Anda perlu memiliki dorongan dan disiplin untuk berlatih.” — Bernhard Langer.
Dari kemenangan profesional pertama yang ia raih tahun 1980, Langer yang awet muda telah menunjukkan bahwa ia memang dibangun sekuat dan setangguh mobil-mobil mewah yang terkenal dari negaranya. Ia menjadi pegolf dengan kemenangan terbanyak kedua pada DP World Tour dengan 42 kemenangan, termasuk dua gelar Masters, dalam usianya yang menjelang 70 kakek empat cucu ini tidak menunjukkan tanda-tanda permainannya menurun.
Pada PGA TOUR Champion, sirkuit bagi para pemain berusia 50 tahun ke atas, ia terus menunjukkan keinginan yang tak terpuaskan untuk menang menghadapi para pemain yang usianya lebih muda daripada dirinya. Itupun meskipun ia harus menjalani operasi awal tahun ini untuk memperbaiki cedera Archilles di tumit kirinya setelah mengalami kecelakaan usai bermain pickleball.
Maestro asal Jerman ini tengah berada dalam kondisi permainan yang prima pada Charles Schwab Championship, ajang tutup musim, pada bulan lalu. Ia menorehkan tiga putaran cemerlang yang menyamai usianya atau lebih rendah untuk meraih kemenangan ke-47 di panggung PGA TOUR Champions. Kemenangan terbaru itu memperpanjang rentetan kemenangan yang ia raih setidaknya sekali dalam tiap musim dalam 18 tahun terakhir. Ia juga memperpanjang rekor yang ia banggakan sebagai juara tertua pada sejarah PGA TOUR Champions.
”Meraih kemenangan tidak pernah terasa membosankan,” ujar Langer ketika ditanya apa yang menjadi motivasi untuk mendorong tubuhnya bisa mempertahankan level kebugaran yang tinggi. ”Orang-orang bertanya kenapa saya masih bertanding … ya, ini alasannya, karena saya menyukai adrenalinnya, saya suka berburu dan saya rasa masih bisa menang. Anda perlu memiliki dorongan dan disiplin untuk berlatih.”
Ketika Langer mempertegas warisannya, pada spektrum sebaliknya, bintang baru dari Australia dengan akar Asia baru saja mengalami tantangan besar. Ia mengalami cedera yang membuatnya kehilangan penglihatan permanen pada mata kirinya. Jeffrey Guan, baru berusia 20 tahun, disebut-sebut sebagai harapan besar baru dari Australia setelah menjuarai banyak turnamen pada masa amatirnya. Namun, kini ia harus menghadapi semua rintangan dan berjuang keras untuk mengembalikan kariernya.
Terlahir dari orangtua imigran dari China yang bekerja keras untuk mencukupi keluarga di negeri barunya, Guan beralih profesional setahun lalu dan menikmati debut PGA TOUR lewat jalur sponsor pada ajang Procore Championship pada pertengahan September. Ia pulang sepekan kemudian dan sebuah tragedi terjadi ketika mengikuti turnamen pro-am. Sebuah bola liar menghantamnya sehingga membuat tulang pipinya dan soket mata di sisi kirinya mengalami keretakan. Ia tidak berharap bisa mengayunkan club setidaknya dalam enam bulan ke depan.
Kecelakaan itu menyebabkan pegolf muda Australia, yang sempat mewakili Tim Internasional pada Junior Presidents Cup 2022 di Quail Hollow, terguncang secara fisik dan emosional lantaran mimpinya melakoni karier golf profesional kini hancur berantakan.
Ia membagikan rincian penderitaannya melalui media sosial belum lama ini. ”Saya benar-benar putus asa… Peristiwa ini menimbulkan kerugian yang sangat besar dan berdampak signifikan bagi saya dan keluarga saya. Bagaimana mungkin saya bisa pulih, kembali, dan menjadi pemain yang sama seperti sebelumnya?” tulisnya. ”Empat pekan itu menjadi rangkaian pekan terberat dalam hidup saya. Namun, secara mental saya lebih kuat dan akan siap untuk menaklukkan rintangan apapun pada masa yang akan datang. Saya akan kembali,” tambahnya.
Komunitas golf Australia pun turut mendukung Guan—Australian Sports Foundation memulai penggalangan dana secara daring untuk mendukungnya secara finansial—dan semua orang yang mengenal sosok yang mudah bergaul ini turut mendukungnya agar bisa bangkit menghadapi tantangan ini. Dia tak perlu diingatkan bagaimana idolanya, Ben Hogan, berhasil bangkit secara luar biasa setelah mengalami kecelakaan mobil yang nyaris merenggut nyawanya, untuk kemudian menjuarai enam kejuaraan Major, padahal banyak yang mengira ia takkan bisa berjalan lagi.
Atau, mungkin, Guan hanya perlu melihat kegigihan Langer dalam olahraga ini untuk membakar kembali api dalam dirinya untuk mempersiapkan jalur kembali ke kompetisi, meskipun telah mengalami kondisi yang tragis.