
Ludvig Aberg menjadi pegolf Swedia pertama yang menjuarai ajang Genesis Invitational setelah memastikan kemenangan satu stroke atas Maverick McNealy.
Meski menghadapi tekanan, Ludvig Aberg masih bisa menikmati permainannya di South Course, di Torrey Pines Golf Course, bahkan memastikan menjadi pegolf Swedia pertama yang menjuarai Genesis Invitational.
Aberg memulai putaran finalnya dengan terpaut dua stroke dari Patrick Rodgers. Delapan birdie dan hanya dua bogey terbukti cukup untuk mengatasi upaya Maverick McNealy yang mencatatkan skor terendah putaran final, 8-under 64. Dengan skor total 12-under 276, Aberg bermain satu stroke lebih baik daripada McNealy, sekaligus mencatatkan skor terbesar kedua yang diciptakan oleh seorang juara PGA TOUR dalam tujuh turnamen pertama musim 2025 ini. Skor terbesar pertama terjadi, juga di South Course, di Torrey Pines ketika Harris English menjuarai Farmers Insurance Open dengan 8-under 280.
Meski sukses memenangkan gelar PGA TOUR kedua dalam kariernya, permainan Aberg dalam 18 hole terakhir kemarin (16/2) bukanlah tanpa ketegangan. Ia praktis hampir membuat birdie di hole 2 dan 3 sirna setelah mendapat bogey di hole 4 dan 5, lalu nyaris menciptakan tiga bogey berturut-turut sampai akhirnya bisa mengamankan par di hole 6.
”Saya jelas merasa seakan menciptakan tiga bogey berturut-turut di hole 4, 5, 6, tapi saya juga merasa bogey itu bukanlah bogey yang sangat berarti karena rasanya saya masih memegang kendali terhadap apa yang saya lakukan,” ujarnya.
”Rasanya sejak kemarin (putaran ketiga) saya bisa mengendalikan flight bola saya. Rasanya menyenangkan ketika tahu kalau saya tidak berpikir jauh. Saya bisa fokus pada hal-hal yang bisa saya fokuskan dan kemudian tahu kalau saya punya banyak kesempatan sejauh bisa mengeksekusi pukulan-pukulan saya. Jadi, saya merasa sangat puas dengan bagaimana saya mengakhiri hari ini.”
”Saya tidak suka mundur dari sebuah turnamen, tapi terpaksa melakukannya di Pebble (AT&T Pebble Beach Pro-Am) untuk mengambil waktu supaya bisa sehat dan siap untuk turnamen ini.”
Statistik memang menunjukkan permainannya pada putaran final itu memang solid. Meski bukan yang terbaik, tapi Aberg menempati posisi T2 untuk urusan Strokes Gained: Total (4,130) dan Putts per Green in Regulation (1,50).
Meskipun akurasi dari tee hanya menempatkannya di posisi T25 (57,14% atau hanya mencapai 8 dari 14 fairway), pukulan approach-nya terbukti sangat baik. Ia mencatatkan angka 2,493 untuk Strokes Gained: Approach to Green, yang menempatkannya sebagai pemain terbaik keempat untunk kategori tersebut. Lalu ia juga menempati peringkat ketujuh untuk Strokes Gained: Putting dengan 2,282, yang membantunya menciptakan delapan birdie.
Kemenangan kali ini juga terbilang mengagumkan mengingat pegolf berusia 25 tahun ini sebenarnya belum berada dalam kondisi yang sepenuhnya bugar. Ia sempat sakit bahkan harus benar-benar istirahat sampai dua hari sebelum turnamen.
Ketika bermain di South Course untuk ajang Farmers Insurance Open tiga pekan lalu, ia sempat meramaikan posisi teratas setelah memulai pertandingan dengan skor 63. Namun, kondisi badan yang mulai tidak sehat membuatnya harus finis di posisi T42.
”Saya merasa punya peluang bagus untuk memenangkan turnamen itu, tapi perasaan saya tidak sehat dalam beberapa hari terakhir (di sana). Saya tidak suka mundur dari sebuah turnamen, tapi terpaksa melakukannya di Pebble (AT&T Pebble Beach Pro-Am) untuk mengambil waktu supaya bisa sehat dan siap untuk turnamen ini. Kurang lebih saya berada dalam kondisi berjuang untuk sehat dengan berada di rumah pekan lalu, jadi bisa mengikuti ajang pekan ini dan menang membuatnya menjadi sangat istimewa,” tutur Aberg, yang merayakan kemenangan bersama kekasih dan pelatih yang ikut menemaninya.
”Rasanya hampir seperti kecanduan ketika melangkah di beberapa hole terakhir dan ingin melakukannya lagi (untuk bisa memastikan sebuah kemenangan).”
Elemen lain yang istimewa adalah bagaimana Aberg menangani tekanan, terutama memasuki hole-hole terakhir. Sebagai salah satu pemain yang terkenal tidak makan banyak waktu ketika berada di belakang bola, Aberg menunjukkan kemampuannya untuk menjaga irama permainan hingga hole terakhirnya.
”Saya memang punya kecenderungan untuk bermain sedikit lebih cepat. Saya jelas merasakannya ketika melakukan putt di hole 15 dan sadar kalau saya mesti menurunkan tempo,” jelasnya.
”Saya berusaha menarik napas sebanyak mungkin, mungkin ketika memasuki tiga, empat hole terakhir karena Anda tidak mau terlalu terburu-buru.
”Sungguh menyenangkan bisa mendapatkan start yang bagus seperti ini. Tentunya musim ini masih panjang, tapi kami semua berusaha untuk bermain dan bersiap sebaik mungkin untuk tiap turnamen.
”Kemenangan ini memang meringankan beban dengan lebih awal. Anda tak lagi perlu mengejar sesuatu. Rasanya hampir seperti kecanduan ketika melangkah di beberapa hole terakhir dan ingin melakukannya lagi (untuk bisa memastikan sebuah kemenangan).”
Sementara itu, juara edisi 2024 Hideki Matsuyama harus merelakan gelarnya terlepas dan gagal berfoto sebagai juara dengan Tiger Woods. Pada putaran final itu, pemegang 11 gelar PGA TOUR ini hanya bisa bermain 2-under dan akhirnya finis di posisi T13 dengan skor total 4-under 284.
Satu stroke di belakang Matsuyama ada Kevin Yu (T17), sementara duo Korea Kim Siwoo (70) dan Tom Kim (73), masing-masing finis di posisi T24 dan T44.