Pandemi COVID-19, kompetisi berhenti, dan Daniel Chopra “mengadopsi” Jazz Janewattananond serta Camp Pullit, kedi Jazz, sebagai keluarganya pada periode yang sulit ini.

Seperti halnya olahragawan di seluruh dunia, dalam hampir tiga bulan terakhir ini Jazz Janewattananond harus rela untuk tidak menggeluti olahraga yang telah menempatkannya sebagai pegolf No. 39 Dunia. Malahan selama periode ini, ia harus mengungsi di Orlando, sembari menanti ajang Charles Schwab Challenge pada 11 Juni mendatang.

Pegolf berusia 24 tahun tersebut dijadwalkan akan tampil pada turnamen pertama sejak pandemi memaksa kompetisi dihentikan pertengahan Maret. Ia dijadwalkan bermain pada RBC Heritage, The Memorial Tournament, dan WGC-FedEx St Jude Invitational. Serangkaian turnamen ini menjadi sangat penting baginya untuk mengamankan keanggotaan PGA TOUR. Dan ia juga berharap bisa memaksimalkan penampilan pada tiga ajang Major yang rencananya akan dilangsungkan pada semester kedua tahun ini.

“Mungkin saya mencari suaka di sini,” guaru Jazz dalam wawancara via telepon.

“Beberapa ajang ke depan rasanya bakal sangat bagus. Sejujurnya, saya tidak bakal memusingkan berapa skor yang saya dapatkan nanti. Saya cuma ingin kembali mengikuti turnamen. Ada beberapa turnamen yang bakal saya ikuti dan tim saya berharap mendapatkan undangan. Saya beruntung kami bisa (segera) bermain golf lagi karena tiap Tour di seluruh dunia belum berlangsung.”

Namun, impiannya di Amerika itu memaksanya melakukan pengorbanan. Sudah sejak akhir Februari silam ia tidak bertemu dengan keluarganya. Tak seperti Kiradech Aphibarnrat yang memilih untuk kembali ke Thailand pada bulan April lalu, Jazz terpaksa untuk menetap di AS seiring kian buruknya kondisi pandemi di negeri itu. Dan yang membuat keadaan lebih berat baginya ia harus kehilangan kakeknya, yang belum lama ini meninggal dunia.

“Saya berusaha untuk menjaga semangat. Rasanya saya berada di sebuah terowongan dan berusaha untuk mencapai ujung terowongan tersebut. Berat rasanya jika jauh dari rumah,” ujarnya.

Saya main 1-under pada ajang pertama dan tak mendapatkan uang kembalian (dari biaya pendaftaran) dan pada turnamen kedua, saya main 2-under dan berbagi tempat ketiga dengan Daniel

“Beberapa pekan lalu, kakek saya meninggal dunia dan saya sangat sedih karena tak bisa berada di sana bersama ibu dan keluarga saya. Saya sangat merindukan mereka semua. Untunglah berkat teknologi kami bisa rutin melakukan Facetime. Mereka mengizinkan saya melakukan apa yang saya inginkan dan terus mengingatkan untuk tetap menjaga kesehatan.”

Hasrat Jazz saat ini jelas mengikuti jejak Kiradech di PGA TOUR sesegera mungkin. Usai meraih empat kemenangan di Asia musim lalu dan menembus jajaran elite dunia, ia sudah dua kali finis di lima besar pada turnamen di Hong Kong dan Singapura. Setelah finis T53 pada WGC-Mexico Championship, ia harus gagal lolos cut pada Arnold Palmer Invitational di Bay Hill. Ia juga sempat mencatatkan skor 76 pada THE PLAYERS Championship sebelum ajang bergengsi itu dibatalkan lantaran pandemi.

“Saya ingin mendapat perasaan seperti itu lagi, perasaan yang Anda rasakan ketika berada dalam sebuah kompetisi. Saya tidak bilang saya mendambakannya, tapi itulah alasan mengapa kami bermain golf. Anda ingin memiliki perasaan tersebut,” ujar pegolf No. 1 Asian Tour ini.

Keluarga Adopsi di Orlando
Jazz mungkin sangat merindukan keluarganya, tapi ia telah merasakan kenyamanan lewat keluarga adopsinya. Pemegang dua gelar PGA TOUR dan pemain reguler Asian Tour Daniel Chopra telah menyambut kehadiran Jazz di tengah-tengah keluarganya. Keduanya bertemu di Bay Hill menjelang ajang Arnold Palmer Invitational dan pegolf Swedia tersebut mengundang Jazz untuk tinggal bersama keluarganya. Dan ketika pemerintah melakukan pembatasan ketat menyusul pandemi pada 13 Maret lalu, Chopra kembali mengundang Jazz dan kedinya, Camp Pulit, untuk kembali ke Orlando dan menetap bersama mereka.

“Ketika pembatasan mulai diberlakukan, saya tidak berpikir untuk kembali ke Thailand karena kami tidak yakin berapa lama pandemi ini bakal berlangsung. Kemudian negara kami sendiri menutup diri sehingga sudah terlambat buat kami untuk pulang. Saya kenal Daniel karena ia sering bermain di Asia, tapi saya tak tahu kalau dia tinggal dan berlatih di Bay Hill. Kami sudah memesan kamar hotel untuk dua minggu, tapi dia meminta kami tinggal bersamanya. Senang sih, bisa bertemu dengan wajah-wajah yang sudah akrab … rasanya kami sudah seperti keluarga.”

 

 

Selama menginap di rumah Chopra, yang memiliki dua anak, casper dan Coco beserta Samantha, istrinya, Jazz merasakan kehangatan keluarga. Ia bahkan mengaku telah menemukan kembali semangat untuk olahraga ini dan jatuh cinta pada Bay Hill sampai mengambil keanggotaan di sana. Jangan heran jika kelak mengamankan kartu PGA TOUR, ia bakal menetap di sekitar klub yang ikonik tersebut.

Yang jelas, Jazz merasa bersyukur menerima kebaikan keluarga Chopa. “Semuanya tutup di sini, kecuali hal-hal yang terkait dengan kesehatan dan kebutuhan mendasar. Rutinitas harian kami setelah bangun ialah memikirkan apa yang bakal kami makan, melihat ke jendela, dan begitu terus,” ujarnya sambil tertawa.

“Ketika golf masih belum bisa dimainkan, kami berusaha melakukan kegiatan untuk mengisi hari. Kami main basket dan Casper dengan mudah mengalahkan kami. Saya juga melakukan wake boarding dan wake surfing. Samantha bermain tenis, jadi kami juga ikut main tenis supaya tetap aktif.”

Ketika fasilitas golf kembali dibuka, Jazz dan Chopra mengikuti kompetisi satu hari agar adrenalin keduanya bisa kembali mengalir.

“Saya kehilangan sensasi melakukan perjalanan, bermain golf, dan bertemu orang baru. Jadi, kami mengikuti beberapa ajang Tour mini. Suatu hari, kami bangun pukul 05:00 pagi, mengemudi sekitar dua jam ke lapangan dan bertanding. Saya main 1-under pada ajang pertama dan tak mendapatkan uang kembalian (dari biaya pendaftaran) dan pada turnamen kedua, saya main 2-under dan berbagi tempat ketiga dengan Daniel.”

Chopra, kini berusia 46 tahun dan berdarah campuran India-Swedia, menjuarai ajang PGA TOUR pertamanya, Ginn sur Mer Classic 2007. Dua turnamen setelah itu, ia menjuarai Sentry Tournament of Champions 2008 dengan mengalahkan Steve Stricker lewat play-off.

 

 

Jazz berkesempatan melihat dan belajar dari pegolf Swedia itu ketika berlatih bersama. Ia juga banyak berdiskusi dengan juara PGA TOUR lainnya, seperti Robert Damron dan Dicky Pride ketika bermain golf bersama.

“Daniel punya jaring di rumahnya dan saya bisa terus berlatih. Kami bermain golf bersama hampir tiap hari dan dia sosok yang sangat luar biasa, pegolf yang hebat. Dia menyukai aspek permainan ini dan ketika mesti memasukkan putt, ia melakukannya. Saya pikir itulah alasan mengapa ia bisa menjadi juara PGA TOUR. Casper, yang sekarang berusia 10 tahun, juga pegolf yang mahir. Waktu seusia dia dulu, saya tidak semahir dia dan dia sangguup memukul bola sehari penuh. Saya pikir saya pendekam di driving range, tapi dia benar-benar melebihi semua kami. Jadi, kami pun merasa mendapat dorongan untuk terus mencintai golf,” ujarnya lagi.

Saat ini Jazz berniat untuk memperpanjang visanya agar bisa menetap di AS hingga melewati batas Agustus nanti. Salah satu alasannya ialah perbedaan persyaratan penerbangan internasional dari satu negara ke negara yang lain. Selain itu, bulan September mendatang U.S. Open juga rencananya bakal dilangsungkan, sedangan The Masters pada bulan November. Dan ia ingin memperbesar peluangnya untuk memenuhi impiannya dengan menetap di AS hingga akhir tahun nanti.

“Kalau pulang ke Thailand, saya tak tahu apakah kami harus menjalani karantina atau apakah kami juga bisa dengan mudah kembali ke AS. Sejauh ini saya merasa senang berada di sini, jadi saya berpikir untuk sementara waktu tetap tinggal di AS. Tak ada yang berharap pandemi seperti ini terjadi. Kehidupan terus berjalan, lalu pandemi ini terjadi. Ada banyak orang yang kini lebih dekat dan saling membantu dan saya pikir umat manusia bakal mengatasi periode ini.

“Untuk Daniel dan Samantha yang telah membuka pintu rumahnya buat saya dan kedi saya, mereka benar-benar sangat membantu. Situasi seperti ini membuat Anda melihat hal terbaik dari banyak orang dan banyak orang baik yang saling membantu sesamanya.”