Lee Kyounghoon sukses mengikuti jejak para legenda dengan mempertahankan gelar AT&T Byron Nelson lewat torehan skor terendahnya sepanjang selama berkiprah pada PGA TOUR.

Sejak 1980, tidak ada pegolf lain yang pernah berhasil mempertahankan gelar AT&T Byron Nelson. Adalah Tom Watson yang menjadi nama terakhir yang memenangkan turnamen yang sebelumnya bernama Dallas Open ini. Watson tak hanya sekali, tapi dua kali mempertahankan gelarnya setelah menjuarai ajang ini tahun 1978, 1979, dan 1980. Dua nama terdahulu ialah Sam Snead (1957 dan 1958) dan Jack Nicklaus (1970 dan 1971). Barulah 42 tahun kemudian Lee Kyounghoon mengikuti jejak ketiga legenda tersebut.

Meski memulai putaran final kemarin (15/5) dengan tertinggal empat stroke dari pegolf Venezuela Sebastian Munoz, Lee menampilkan permainan yang sungguh luar biasa. Ia berhasil mencatatkan tujuh birdie dengan sebuah eagle untuk kembali menjadi juara di TPC Craig Ranch. Skor total kemenangannya, 26-under 262 satu stroke lebih baik daripada skor kemenangannya tahun 2021 itu.

Favorit tuan rumah Jordan Spieth, yang mengincar gelar PGA TOUR ke-14 harus puas bermain dengan skor 67 dan finis di tempat kedua. Adapun pegolf Jepang Hideki Matsuyama mempertegas posisi wakil Asia dengan finis di tempat ketiga setelah bermain dengan skor 62. Ia berbagi tempat dengan Munoz yang harus bermain dengan skor 69.

”Rasanya luar biasa, jadi saya sulit mempercayainya, masih terasa seperti mimpi, tapi tahun lalu dan tahun ini juga (saya) masih bisa membuat kenangan yang indah,” tutur Lee yang gembira dengan istri, putri, dan kedua orangtuanya ikut merayakan keberhasilannya di green hole 18.

Kemenangan ini menjadi terasa lebih manis lagi. Pasalnya dalam sebulan terakhir, Lee benar-benar berjuang untuk bersaing. Ia bahkan harus berturut-turut gagal lolos cut. Selain itu, belum sekali pun namanya terpampang di jajaran sepuluh besar.

 

 

Ia kemudian memutuskan untuk kembali berlatih dengan pelatih swing-nya yang lama, Chris Mayson, dan pelatih mental Jung Gureen sejak awal pekan lalu. Ia juga mulai bekerja sama dengan Dan Parratt, yang sebelumnya menjadi kedi An Byeonghun, serta kembali memainkan putter lamanya.

Hasilnya langsung terlihat. Ia finis T25 pada ajang Wells Fargo Championship, yang tentu saja menjadi lompatan berarti. Momentum itulah yang kemudian ia bawa ke TPC Craig Ranch untuk mewujudkan gelar PGA TOUR keduanya. Kemenangan pekan ini pun melambungkan peringkatnya ke posisi 28 pada klasemen FedExCup. Dan yang tak kalah pentingnya, ia pun mulai membuka kemungkinan untuk lolos kualifikasi Tim Internasional untuk Presidents Cup bulan September mendatang.

”Saya mengalami kesulitan beberapa bulan terakhir dan tidak bisa menemukan cara untuk mengatasi masalah itu. Jadi, saya memutuskan kembali ke masa-masa ketika saya merasa nyaman. Saya kembali ke pelatih lama dan mendapat masukan dari pelatih mental saya. Keputusan ini sangat membantu. Lalu pekan lalu, sayay mengganti putter ke 2-ball. Tahun lalu (sebelum menang), saya mengganti dari 2-ball ke blade dan menjuarai turnamen ini. Pekan ini saya memasukkan banyak putt, jadi saya sangat senang. Sangat menarik!” jelas Lee.

Sepanjang pekan ini Lee tidak pernah meleset memanfaatkan keempat par 5. Pada putaran final kemarin, ia bahkan menorehkan eagle di hole 12 par 5, dan bermain 16-under di seluruh par 5 dalam empat putaran. Namun, ia mengaku par yang ia amankan di hole 17 dari jarak 3,6 meter terbukti menjadi sangat krusial.

”Jujur saja, saya sangat gugup di sana. Saya tahu putt untuk par itu sangatlah penting. Jordan dan banyak pemain lainnya hanya berjarak satu stroke di belakang saya dan saya juga tahu banyak pemain bisa mendapat birdie di hole 18, jadi saya mesti mengamankan putt itu. Sangat sulit. Saya berdoa dan melakukan putt. Terkadang, saya mesti yakin pada diri sendiri, tapi juga perlu doa, ya Tuhan, sekadar meminta pertolongan, dan berdoa,” sambungnya lagi.

”(Ketika)  saya masih punya peluang, K.H. berhasil mengamankan par dengan luar biasa di hole 17 dan kemudian memukul ke green dalam dua pukulan di hole 18 dan melakukan dua putt (untuk memastikan kemenangan).” — Jordan Spieth.

Dengan kemenangan keduanya kali ini, posisi Lee di AS maupun Korea akan kembali melambung. Sang ayah, Sangmoo, pernah memberi tahu arti nama Kyounghoon, yang berarti ’membuat nama untuk dirinya sendiri di Seoul’.

”Saya dengar begitu. Luar biasa. Sulit mempercayainya,” tutur Lee menyinggung keberhasilannya menjadi pemain keempat yang sukses mempertahankan gelar pada ajang ini. ”Saya hanya berharap orang bisa mengingat nama saya, tapi ya saya ingin berusaha lebih sering bermain dengan baik, jadi semoga lebih banyak orang yang bisa mengingat nama saya.”

Sementara itu, pencapaian Matsuyama kali ini menjadi pencapaian yang juga membanggakan. AT&T Byron Nelson ini menjadi turnamen pertama yang ia ikuti sejak finis T14 pada ajang Major pertama tahun ini, Masters Tournament. Skor 62 yang ia bukukan itu menjadi skor terendah keduanya pada PGA TOUR, yang ia raih berkat sembilan birdie dan satu bogey.

”Cara yang hebat untuk menuntaskan turnamen dan memberi saya momentum yang bagus untuk melangkah ke pekan ini. Rasa percaya diri saya untuk PGA (Championship) terasa jauh lebih baik, tapi saya masih harus berlatih keras untuk memaksimalkan semua aspek permainan secara bersama-sama,” tutur pemegang delapan gelar PGA TOUR ini.

Adapun Spieth, yang butuh eagle di hole terakhir untuk memaksakan play-off dengan Lee, harus menerima kemenangan pegolf Korea itu. Dan ia tidak segan memuji Lee, yang bermain bersamanya dalam dua putaran pertama.

”Saya melakukan pukulan yang tidak Anda latih ke green (hole 18) dan saya sebenarnya berpikir sekadar memukul dan entahlah kalau saya melakukan ribuan puklan lagi dan saya masih bisa membidik ke titik yang sama,” jelas Spieth. ”Namun, (ketika)  saya masih punya peluang, K.H. berhasil mengamankan par dengan luar biasa di hole 17 dan kemudian memukul ke green dalam dua pukulan di hole 18 dan melakukan dua putt (untuk memastikan kemenangan). Ia bermain 8 atau 9-under. Kami harus bermain dengan angin berembus 15-18 (mil per jam) di sepuluh atau sebelas hole terakhir, jadi skor itu pada sore begini, terutama di rangkaian hole terakhir benar-benar menjadi skor yang fenomenal.”