Meskipun penyelenggaraan Olimpiade Tokyo akhirnya diundur hingga musim panas 2021, pesta olahraga empat tahunan ini amatlah penting bagi golf. Justin Rose dan Henrik Stenson menegaskan hal ini!

Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director Communications PGA TOUR, berdomisili di Kuala Lumpur

Sorot matanya berbinar-binar tatkala Justin Rose membahas topik Olimpiade. Tahun 2016 lalu, ia mewakili Tim Britania Raya dan merebut medali emas di Rio de Janeiro dengan mengalahkan pegolf Swedia Henrik Stenson dengan dua stroke pada partai final yang sangat berkesan. Kala itu golf kembali dipertandingkan pada Olimpiade.

Matt Kuchar meraih medali perunggu bagi Tim AS setelah pada hari terakhir itu bermain dengan skor 63. Ia bahkan meneteskan air mata di podium, yang menegaskan betapa berharganya momen tersebut, tidak hanya bagi dirinya, tapi juga bagi olahraga golf dalam lingkup yang lebih besar lagi,

Olimpiade akan kembali digelar dengan Tokyo tengah bersiap menjadi tuan rumah ajang olahraga terbesar ini. Ketiga bintang golf tersebut pun bersemangat untuk bisa kembali tampil.

”Tokyo menjadi prioritas besar buat saya,” ujar Rose.

 

Justin Rose menaklukkan Henrik Stenson untuk meraih medali emas pada Olimpiade Rio 2016 silam. Foto: Stan Badz/PGA TOUR/IGF.

 

”Sejujurnya, mungkin Olimpiade menjadi hadiah terbesar bagi saya (ketika memenangkan medali emas). Prestasi itu benar-benar sesuatu yang sangat fantastis dan fakta bahwa ajang itu menghubungkan saya dengan berbagai atlet besar dari olahraga lain adalah sesuatu yang sangat, sangat keren.”

Pemegang 10 gelar PGA TOUR dan 11 trofi European Tour ini mengungkapkan betapa ia menikmati pengalaman Olimpiade di Rio. Ia bahkan bertukar pandangan dengan sesama atlet Britania Raya, bintang tenis dan peraih dua medali emas, Andy Murray. Rose bahkan kemudian melihat bagaimana ketujuh atlet rugby berlatih dan mendorong diri mereka agar menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih baik.

”Andy merasa tertarik melihat bagaimana para pegolf mencurahkan perhatian mereka pada teknik dan yang saya tangkap darinya, dia sepertinya tidak terlalu fokus pada teknik … ia berfokus pada strategi permainan dan memainkan lawannya. Teknik pukulan yang sesungguhnya dan servis, sepertinya ia tak terlalu terobsesi pada hal-hal tersebut, sementara para pegolf lebih terobsesi pada teknik. Menarik sekali mendengar pemikirannya tentang hal ini,” papar Rose.

Sementara itu, Stenson juga berniat untuk kembali mencoba meraih medali emas di Tokyo. Ia sempat memimpin satu stroke di Rio dengan sisa lima hole. Tapi ia kemudian disalip oleh sobat dan rekannya pada ajang Ryder Cup, Rose yang melakukannya di hole-hole terakhir.

 

Trio peraih medali pada kembalinya golf ke Olimpiade setelah 112 tahun absen. (Ki-ka) Henrik Stenson dari Swedia meraih perak, Justin Rose dari Britania Raya dengan medali emas, dan Matt Kuchar dari Amerika Serikat dengan medali perunggu. Foto: Chris Condon/PGA TOUR/IGF.

 

”Sudah jelas Olimpiade menjadi target besar agar bisa berada di sana sekaligus siap tampil seperti pada kesempatan sebelumnya,” ujar Stenson. ”Semua orang akan memiliki target sama, yaitu meraih medali emas dan salah satu dari kami akan mendapatkannya. Ada tempat kedua dan ketiga dan kami semua akan melihat kembali momen-momen istimewa dari Rio dan ingin menciptakan momen istimewa yang baru di Tokyo.”

Pegolf Swedia yang telah mengoleksi enam kemenangan PGA TOUR ini berniat tiba lebih awal di Jepang sebelum kompetisi golf dimulai. Ia ingin berpartisipasi pada seremoni pembukaan bersama Tim Swedia. ”Menjadi bagian dari seremoni pembukaan di Rio … momen itu adalah momen yang sangat membanggakan,” ujar pegolf berusia 43 tahun ini.

Medali perak Stenson saat ini telah tergores dan ada mengalami benturan lantaran telah dipakai dalam berbagai ajang amal, kegiatan media, dan dibawa untuk acara ”Show and Tell” di sekolahan anak-anaknya.

”Saat itu saya juga juara The Open sekaligus peraih medali perak. Jadi, trofi dan medali ini dibawa bersama-sama dan saya tak sadar kalau Claret Jug mulai merasa terganggu dengan medali perak yang membentur-bentur trofi itu,” ujar Stenson sambil tertawa.

 

Para pencatat sejarah di kelompok wanita: Lydia Ko dari Selandia Baru dengan medali perak, Park Inbee dari Korea Selatan meraih medali emas, dan Feng Shanshan dari China yang meraih perunggu. Foto: Stan Badz/PGA TOUR/IGF.

 

”Keduanya mengikuti banyak turnamen, banyak ajang media dan amal. Keduanya ikut ke mana-mana. Bahkan ke sekolah anak-anak … putri saya ingin menunjukkannya pada kegiatan ’Show and Tell’ dan dia lebih berhati-hati ketimbang putra saya. Karena saya sudah janji kepada putri saya, putra saya juga ingin membawanya dan dia menjatuhkan ransel dengan medali itu di dalamnya. Jadi ada bekas benturan besar di bagian bawah medali itu.

”Kondisinya mungkin tak lagi sempurna … mungkin saya harus menyandingkannya dengan medali emas (di Tokyo).”

Terlepas dari keinginannya itu, Stenson yakin, kembalinya golf ke Olimpiade setelah absen selama 112 tahun telah memberi dampak yang besar bagi pertumbuhan olahraga ini di seluruh dunia. ”Kami menjangkau lebih banyak audiens dan tentunya juga di negara saya, di Swedia. Ada lebih banyak orang yang menonton duel saya dengan Justin untuk medali emas ketimbang ketika saya menjuarai Open Championship,” ujarnya.

”Olimpiade sangatlah penting untuk pertumbuhan golf dalam skala global. Kami mendapat banyak pesan dari orang banyak yang bunyinya, ’Saya tak pernah mencoba golf dan menontonnya, tapi saya menyaksikannya di Olimpiade dan ingin mencobanya sekarang.’ Saya pikir inilah beberapa momen kunci bagi kami untuk menjadi bagian dari ajang ini. Ini ajang spesial, hanya berlangsung sekali dalam empat tahun. Memenangkan kejuaraan Major adalah prestasi besar dalam olahraga kita, tapi Anda hanya bisa menjadi juara Olimpiade sekali dalam empat tahun!”