Empat puluh tahun silam, Isao Aoki menjadi pegolf Asia pertama yang menjuarai sebuah ajang PGA TOUR dengan kemenangannya pada Sony Open in Hawaii 1983.
Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director, Marketing & Communications untuk PGA TOUR dan berdomisili di Malaysia.
Cahaya di matanya dan senyumnya yang khas masih tetap sama. Begitu pula kharisma dan hasrat, yang telah menegaskan Isao Aoki sebagai salah satu legenda hidup golf dengan kariernya yang cemerlang.
Kini dalam usia 80 tahun, legenda Jepang ini masih berada di garda depan olahraga ini dalam kapasitasnya sebagai Ketua Japan Golf Tour Organization. Ketika pria sebayanya cenderung memilih gaya hidup yang lebih sederhana, Aoki memilih menghadiri pertemuan dewan, bermain dalam turnamen Pro-Am, dan terus berjalan ke driving range untuk menyapa bintang-bintang pada generasi masa kini.
Posisi Aoki dalam sejarah golf akan selamanya kukuh ketika ia menjadi pegolf dan pria Asia dan Jepang pertama yang menikmati kemenangan pada PGA TOUR. Ajang Sony Open in Hawaii pekan ini menandakan 40 tahun kemenangan memukaunya di Waialae Country Club, di Honolulu, tahun 1983.
Pikirannya masih setajam sentuhan short game-nya—sampai-sampai sesama anggota World Golf Hall of Fame Chi Chi Rodriguez pernah berujar, ”Saya tidak pernah melihat putting seperti miliknya seumur hidup saya … rajanya ocehan!”
Sentuhan Aoki yang cekatan itulah yang membantunya menghasilkan kemenangan berkesan atas Jack Renner empat dekade silam. Dengan pegolf Amerika itu memegang keunggulan satu stroke, Aoki yang memiliki tinggi 1,8 meter melakukan pukulan yang tak terlupakan di hole ke-72, par 5, dengan memasukkan pukulan wedge dari jarak 117 meter dari rough tebal untuk menciptakan eagle yang mustahil dan meraih kemenangan PGA TOUR satu-satunya.
”Pencapaian itu sungguh luar biasa buat saya,” ujar Aoki, yang daftar prestasinya mencakup 51 gelar Japan Golf Tour, satu gelar European Tour, dan mahkota World Match Play 1978.
”Ajang itu sungguh sensasional, membuat saya menjadi pegolf Jepang pertama yang meraih kemenangan pada PGA TOUR. Waktu itu saya sudah sepuluh tahun bermain di panggung internasional dan menjuarai Sony Open mewakili motivasi saya dan semangat penantang untuk bersaing di Eropa dan AS.”
Sony Open in Hawaii pekan ini juga memiliki nilai penting lainnya bagi Jepang dengan Hideki Matsuyama, juara Major pria pertama dari Jepang yang memenangkan Masters 2021, menjadi juara bertahannya. Seperti Aoki, Matsuyama juga menciptakan eagle kemenangan di hole 18 saat play-off menghadapi Russell Henley untuk memastikan kemenangan PGA TOUR ke-8. Jika Aoki memasukkan bola lewat pukulan ketiganya, Matsuyama mewujudkan kemenangannya lewat pukulan 3-wood yang mendarat 2 meteran dari lubang, yang memberinya eagle kemenangan.
Aoki ingat bagaimana ia terpaku ke layar TV saat menyaksikan Matsuyama menyamai kemenangan heroiknya di Hawaii, yang sekaligus membuat penerusnya itu menyamai rekor delapan kemenangan PGA TOUR milik K.J. Choi, sebagai gelar terbanyak yang diraih pegolf Asia.
”Saya pikir kami sama-sama meninggalkan kesan yang kuat dengan cara yang baik. Luar biasa menyentuh mendengar Hideki menyampaikan dalam sambutannya betapa ia sangat gembira bisa menuliskan namanya dalam sejarah turnamen yang pernah saya menangkan sebelumnya itu,” tutur Aoki.
Sebelum Matsuyama, sudah ada Shigeki Maruyama dan Ryuji Imada, yang total gelar PGA TOUR mereka mencapai empat kemenangan pada awal 2000. Aoki pun mengakui bahwa golf berada di tangan yang tepat dengan Matsuyama, kini berusia 30 tahun, menginspirasi kelompok pegolf Jepang baru, termasuk Keita Nakajima dan Taiga Semikawa yang sama-sama mantan pegolf amatir No.1 Dunia, dan Kazuki Higa, pemenang peraih hadiah uang terbanyak JGTO musim lalu. Ketiga nama terakhir juga sama-sama berada di Hawaii pada turnamen yang sekaligus merayakan 25 tahun peran Sony sebagai sponsor utama.
”Kemenangan saya berfungsi sebagai katalis bagi generasi masa depan untuk bermimpi besar dan menantang ke AS. Ini hal yang bagus,” sambung Aoki. ”Ada banyak senior … mungkin termasuk saya, yang terus memainkan olahraga ini. Sekarang, kita melihat siklus sepuluh, atau mungkin lima tahun kesuksesan di antara para pegolf Jepang. Saya ingin melihat lebih banyak pemain muda yang meraih kemenangan lebi awal dalam karier mereka untuk meraih rasa percaya diri dan mencapai sukses di panggung global.
”Dari sisi kemampuan, mereka sebanding dengan para pemain Amerika dan Eropa. Sisanya tinggal pola pikir mereka. Golf pada masa kini juga berbeda ketimbang yang dulu kami mainkan … sekarang eranya tenaga. Saya sungguh berharap bisa melihat kerja keras para pegolf muda Jepang membuahkan hasil yang lebih besar lagi.”
Ketika membahas topik Sony Open in Hawaii 1983, Aoki merasakan bangga yang luar biasa bisa menjadi pegolf Asia pertama yang meraih kemenangan di sirkuit elite global. ”Sepanjang karier saya, saya sudah menang beberapa kali di Jepang dan Eropa, tapi memenangkan Sony Open sungguh teramat istimewa. Bangsa Jepang mengidolakan Hawaii sebagai ’pulau musim panas abadi’. Bagi saya, bisa meraih kemenangan di sana, merupakan titik balik dalam hidup saya,” ujar Aoki, yang pernah finis di tempat kedua di belakang Jack Nicklaus pada U.S. Open 1980, yang sekaligus finis Major terbaiknya.
Aoki mengingat bagaimana ia berbeda pendapat dengan saran kedinya sebelum melakukan pukulan yang mengubah hidupnya itu. ”Kedi saya berujar, ’Isao, kau mesti memainkan 9-iron kalau tidak bolanya tidak akan sampai.’ Saya bilang tidak dan memilih pitching wedge dan berharap bola mendarat di antara pinggir green dan pin untuk berpeluang membuat birdie (untuk play-off). Lantaran pola pikir ini, saya bisa melakukan swing yang bagus dan bolanya langsung masuk ke lubang setelah memantul sekali. Saya juga berpikir ini anugerah dari Tuhan.
”Fakta bahwa saya memasukkan bola dengan club itu juga menunjukkan jumlah adrenalin yang mengalir di sekujur tubuh saya. Jika menyaksikannya lagi, jelas itulah swing terbaik yang pernah saya lakukan. Saya kesulitan memukul lurus hari itu, jadi saya banyak memukul wedge. Saya merasa yakin memukul dengan club itu, yang kemudian justru membuat bolanya masuk. Sambil melangkah ke green, saya masih kaget. Saya ingat memungut bola dari lubang itu dalam keadaan pusing. Mungkin saya bisa melakukan swing terbaik karena menggunakan club favorit saya! Saya masih menyimpannya (wedge itu).”
Dari tahun-tahunnya melakukan perjalanan udara di seluruh dunia mencapai rangkaian fairway terbaik, Aoki selalu siap membagikan pengalamannya dengan para pemain Jepang generasi baru. Ia juga mengulangi pentingnya budaya ”senpai” di antara para pegolf Jepang. Terjemahan harfiahnya ialah ’senior’ dan biasanya menunjukkan cara yang wajar dan hormat untuk menyapa seseorang yang lebih tua sebagai seorang mentor.
”Meskipun ada kesulitan pada tiap periode waktu, saya berharap semua orang bisa menemukan cara untuk meninggalkan jejak mereka sendiri. Oleh karena kalianlah akan ada generasi berikutnya yang terinspirasi dari mengikuti langkah-langkahmu. Seperti Hideki yang membayangkan kemenangan saya, saya berharap inspirasi itu bisa diwariskan dari generasi ke generasi. Sekarang saya sudah 80 tahun. Sejauh bisa menghindari cedera, Anda bisa memiliki relasi yang sangat panjang dengan olahraga golf. Saya berharap bisa terus menurunkan inspirasi bagi lebih banyak pemain, sambil menjaga kesehatan saya,” tutupnya.