Michael Hendry mengakhiri penantian panjang sembilan tahun tanpa gelar di kancah Japan Golf Tour Organization lewat kemenangannya pada ajang For The Players, By The Players 2024.
Sembilan tahun silam Michael Hendry menandai perjalanan kariernya di Jepang dengan trofi pertamanya lewat ajang Token Homemate Cup. Tidak ada yang mengira kalau ia harus menunggu hingga hampir satu dasawarsa untuk bisa kembali tersenyum lebar di Negeri Matahari Terbit itu. Namun, Minggu (12/5) sore kemarin, wajahnya tampak bersinar ketika berpose memamerkan trofi usai mengungguli pegolf Jepang Hideto Kobukura dengan satu poin. Kemenangan ini menjadi bukti kebangkitan Hendry setelah sempat absen pada musim 2023 lalu untuk melakukan perawatan kanker yang ia derita.
For The Players, By The Players merupakan satu-satunya turnamen Japan Golf Tour Organization (JGTO) yang dimainkan dengan format stableford yang dimodifikasi. Dalam format ini, albatros memberi poin 8, eagle 5, birdie, 2, par 0, bogey -1, dan double bogey atau lebih buruk -3. Dengan format ini, pegolf dengan poin terbanyak akan memenangkan turnamen.
Tanda-tanda positif kembalinya Hendry di jajaran para pemenang sebenarnya sudah terlihat tatkala ia sempat mencuri perhatian publik lewat ajang The Crowns, sepekan sebelum bertolak ke The Club Golf Village, di Gunma.
Momentum tersebut ia bawa dan sepanjang pekan kemarin, juara Indonesia Open 2010 ini tidak pernah berada di luar sepuluh besar. Setelah memulai putaran pertama dengan 14 poin berkat lima birdie, sebuah eagle, dan satu bogey, langkahnya sempat tersendat setelah hanya menorehkan empat birdie dan tiga bogey dan hanya menambah 5 poin.
Ia mulai membuka peluang kemenangan setelah memuncaki klasemen pada akhir putaran ketiga, tatkala ia mencatatkan tiga birdie, dua eagle, dan tiga bogey. Tambahan 8 poin itu memberinya keunggulan empat stroke dari Yuwa Kosaihira.
Memasuki putaran final, pegolf berusia 44 tahun yang beralih profesional tahun 2005 ini akhirnya memastikan kemenangan berkat sebuah eagle di hole 2, dan dua tambahan birdie dari hole 14 dan 17. Meskipun ia mencatatkan tiga bogey, yang salah satunya ia ciptakan di hole terakhir, 38 poin miliknya sudah cukup untuk memberinya trofi yang ia dambakan.
”Saya sangat gembira. Sudah lama sekali sejak saya menjuarai ajang Token (Homemate Cup). Memang ada beberapa peluang untuk menang sebelumnya, tapi saya belum bisa mewujudkannya, jadi saya senang bisa menang kali ini,” tuturnya.
Periode ketika ia harus menjalani perawatan untuk mengatasi kanker darah, atau yang dikenal sebagai leukemia, itu menjadi salah satu periode berat dalam hidupnya. Ia juga terpaksa merelakan absen dari The Open Championship tahun lalu untuk perawatan ini. Sebagai pegolf profesional, jelas ia berharap bisa mendapat kesempatan kedua untuk bisa berkompetisi lagi.
Kemenangan ini memang sangat berarti baginya, bukan hanya membuktikan ia bisa bangkit setelah mengalahkan kanker, tapi juga mengingat menjelang absen tahun lalu ia juga sempat menampilkan permainan terbaiknya. Setelah finis di tempat kedua pada ajang Asian Tour di Hong Kong, World City Championship, ia membawa momentum itu ke ajang Token Homemate Cup dan sempat bersaing hingga putaran final, sampai akhirnya harus finis T11.
”Setahun lalu, saya mendapat diagnosis kalau saya menderita leukemia, dan kabar ini memberi pukulan hebat buat saya. Selama perawatan itu, saya harus berada di atas kasur rumah sakit dan kehilangan berat hingga 17 kg.
”Perawatan berlangsung selama tiga atau empat bulan. Saya tidak bisa main golf selama lima bulan. Bulan September akhirnya saya bisa keluar dari rumah sakit dan baru pada bulan Oktober saya bisa bermain lagi.
”Saya sungguh bersyukur untuk kesempatan kedua dalam perjalanan golf saya ini dan peluang untuk kembali ke kompetisi profesional. Target saya sekarang ialah menikmati golf dan menghargai waktu bersama keluarga.”
Kehadiran istri dan putrinya terbukti menjadi pilar yang menyemangati Hendry untuk bisa kembali bersaing dan mewujudkan kemenangan.
Sementara itu, meski tidak berhasil menang, Kokuburo mengaku berbangga akan perjuangannya sepanjang pekan kemarin. Pemegang satu gelar ABEMA Tour ini tampil mengesankan dan mengemas 13 poin pada putaran final. Finis di tempat kedua kali ini sekaligus menjadi prestasi terbaik selama berkiprah pada JGTO setelah finis T9 pada Dunlop Phoenix 2021.
”Saya punya pengalaman bersaing utuk gelar Dunlop Phoenix. Saat itu, untuk pertama kalinya saya berada di grup terakhir dan saya merasa gugup dan tegang sejak pagi sehingga tidak bisa bermain sebagus yang saya harapkan di sembilan hole pertama, tapi masih bisa masuk sepuluh besar,” ujar Kokuburo.
”Jadi, bisa bersaing hingga akhir seperti kali ini sungguh terasa menyenangkan buat saya. Momen-momen seperti inilah yang membuat saya senang bisa menjadi pegolf profesional.”