
Shannon Tan menggenapi impian masa kecilnya dengan bermain penuh pada HSBC Women’s World Championship 2025, sekaligus memperbaiki rekor Singapura pada ajang Major Asia ini.
Shannon Tan menggenapi impian masa kecilnya dengan mengikuti HSBC Women’s World Championship dan mencatatkan finis terbaik bagi Singapura. Pada putaran final hari Minggu (3/2), pegolf berusia 20 tahun ini bermain dengan skor 74 dan menuntaskan empat putaran di Tanjong Course, di Sentosa Golf Club dengan skor total even par 288.
Skor tersebut membuatnya finis di peringkat ke-34, berbagi tempat dengan trio Amerika Bailey Tardy, Sarah Schmelzel, dan Andrea Lee. Keempatnya pun sama-sama memenangkan hadiah sebesar US$15.555.
Setelah mencatatkan skor 3-under 69 pada putaran ketiga, para penggemarnya jelas berharap Tan bisa setidaknya mengulangi permainan cemerlangnya itu. Sayangnya, ia harus memainkan sembilan hole pertamanya dengan 3-over dan hanya mencatatkan dua birdie dengan satu bogey di sembilan hole terakhirnya.
”Ketika dulu kecil dan menjadi relawan di sini, saya selalu ingin bermain di lapangan dan akhirnya bisa mewujudkannya delapan tahun setelah menjadi relawan jelas merupakan mimpi yang jadi kenyataan.” — Shannon Tan.
Meski harus bermain lima stroke lebih banyak daripada putaran hari Sabtu, pegolf yang juga mewakili Singapura pada Olimpiade Paris 2024 ini mengaku senang bisa mewujudkan impian masa kecilnya.
”Secara keseluruhan, pengalaman pada pekan ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Dari segi permainan memang saya tidak menampilkan permainan terbaik. Saya terlambat panas, tapi masih bisa main lebih baik di sembilan hole terakhir,” tutur pegolf yang menjuarai gelar Ladies European Tour pertamanya pada ajang Magical Kenya Open pada Februari 2024 lalu.
”(Meski begitu), pekan ini adalah pekan ketika mimpi saya menjadi kenyataan. Ketika dulu kecil dan menjadi relawan di sini, saya selalu ingin bermain di lapangan dan akhirnya bisa mewujudkannya delapan tahun setelah menjadi relawan jelas merupakan mimpi yang jadi kenyataan,” imbuhnya.
Penampilannya kali ini memang menjadi penampilan pertamanya pada sebuah ajang resmi LPGA. Namun, pengalamannya mengikuti AIG Women’s Open dan Olimpiade, turut memberinya bekal berharga untuk mengembangkan kariernya, termasuk setelah menuntaskan debutnya pada ajang Major Asia ini.

”Saya kira kalau melihat turnamen-turnamen sebelumnya, baik itu yang diakui oleh LPGA dan yang lainnya, rasanya ada beberapa bagian dari permainan saya yang meningkat,” ujar pegolf yang finis di peringkat 40 pada Olimpiade Paris 2024 ini.
”Namun, masih ada beberapa hal yang kurang dari permainan saya, seperti permainan wedge. Saya kira ini salah satu hal terbesar yang bisa saya tingkatkan, tapi bisa dibilang short game saya juga sudah meningkat pesat, jadi masih ada yang mesti saya perbaiki.”
Pada akhirnya, ia juga bisa merasa bangga memperbaiki rekor penampilan terbaik Singapura, yang sembilan tahun silam diraih oleh Koh Sock Hwee ketika ia finis T59 pada edisi 2016 itu.
”(Memperbaiki rekor itu) sangat berarti bagi golf di Singapura. Saya bisa bilang kalau standard golf di Singapura sudah menjadi lebih baik dalam beberapa tahun terakhir. Hirosi (Tai) akan mengikuti The Masters bulan depan. Dan saya kira, juga, secara keseluruhan, Anda melihat ada banyak pegolf junior yang mulai bermain golf,” ujar Tan.
”Rasanya menyenangkan bisa menambah gelar Major Asia ini ke koleksi Major saya.” — Lydia Ko.
Sementara itu, Chen Xing Tong, yang menjadi satu-satunya pegolf amatir yang bertanding pekan ini harus rela finis di posisi 64 setelah kembali menorehkan skor yang sama dengan putaran pertamanya, 7-over 79. Meski tak satu pun birdie ia raih dalam 18 hole terakhirnya, salah satu hal positif yang bisa dibanggakan ialah keberhasilannya menghindari skor double bogey atau lebih buruk.
Pekan di Singapura itu akhirnya menjadi milik Lydia Ko. Skor 69 pada hari terakhir memastikan pegolf Selandia Baru ini mewujudkan gelar LPGA ke-23 dalam kariernya. Skor total 13-under 275 yang ia ciptakan di Tanjong Course memberinya kemenangan empat stroke atas juara Major Ayaka Furue (68) dari Jepang dan Jeeno Thitikul (70) dari Thailand.
”Semalam saya bermimpi saya memenangkan ajang ini, tapi kemudian saya terbangun dan sadar kalau mimpi itu belum menjadi kenyataan. Namun, saya ingin fokus pada permainan saya, dan persaingan di klasemen juga sangat ketat. Banyak perubahan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir,” ujar Ko.
”Saya merasa lebih baik saat mengikuti ajang ini ketimbang (mengikuti turnamen lain) beberapa pekan lalu, tapi juga tidak tahu kalau bakal menang. Bisa menang di Singapura dan mendapat dukungan dari semua pihak, tidak hanya tahun ini, tapi juga dari tahun yang sudah-sudah, rasanya sangat berarti. Rasanya menyenangkan bisa menambah gelar Major Asia ini ke koleksi Major saya.”