Selama lebih dari 25 tahun sejak pertama kali digulirkan, dampak global dari Presidents Cup terus berlanjut dan dirasakan.

Untuk mengukur jangkauan Presidents Cup, cobalah menelusuri waktu dan kembali, persisnya, 28 tahun silam, ketika turnamen golf tim internasional mulai diperkenalkan.

Ajang ini merupakan kreasi dari Tim Finchem, yang kala itu merupakan deputi bagi Komisioner PGA TOUR Deane Beman. Namun, tatkala Beman memberikan tongkat kepemimpinannya kepada Finchem pada awal musim panas 1994, upaya untuk menyelenggarakan Presidents Cup mulai menyita perhatiannya.

Banyak yang menyuarakan keraguannya, tapi Finchem berkukuh pada keyakinan bahwa para pemain tangguh di luar Amerika dan Eropa layak berkompetisi di panggung global pertandingan beregu internasional. Kalau hanya menunjuk hasilnya, di mana Amerika mencatatkan rekor 11-1-1 dan menang delapan kali berturut-turut, Anda justru melupakan satu poin yang penting.

Presidents Cup bermaksud menghadirkan olahraga golf ini menjadi lebih dekat karena, Finchem berkeras, golf skala global akan terus berlanjut. Ia tahu, awalnya hal ini bakal terlihat canggung, namun ia memohon kesabaran dan menawarkan visi yang sulit ditangkap banyak orang.

Intinya, akan tiba saatnya ketika para pemain terbaik di dunia bertanding dalam turnamen yang sama sebanyak puluhan kali dalam setahun. Dan para penggemar golf Amerika perlu mengenal bintang-bintang internasional dengan baik.

Jika ia tipe orang yang ingin menjadi pusat perhatian, Finchem pasti akan segera berbangga. Sebaliknya, mari mengukur indikasi bagaimana visinya telah berjalan dengan begitu indah.

 

Dua mantan Komisioner PGA TOUR Dean Beman dan Tim Finchem.
Tim Finchem (kanan) mulai mengusulkan Presidents Cup ketika masih menjabat wakil bagi Komisioner PGA TOUR Dean Beman. Foto: Getty Images.

 

Pada tahun 1994, sebagian dari Tim Internasional perlu memperkenalkan diri mereka kepada rekan Amerika mereka di Robert Trent Jones Club di Gainesville, Virginia. Pegolf Australia Bradley Hughes hanya bermain dalam enam turnamen PGA TOUR musim itu, sedang Mark McNulty dari Zimbabwe (5 kali), pegolf Australia Peter Senior (3 kali), dan Frank Nobilo (2 kali) dari Selandia Baru bahkan bermain lebih sedikit. Begitu juga Robert Allenby dari Australia dan Tsukasa Watanabe asal Jepang, yang bahkan tidak pernah bermain sama sekali.

Semua 12 anggota Tim Internasional hanya mengikuti total 141 turnamen PGA TOUR pada tahun 1994, yang benar-benar tidak menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Perlu diingatkan bahwa periode ini merupakan era ketika perjalanan global hanya terbatas bagi sejumlah nama yang sangat elite. Meskipun Presidents Cup mungkin membuat tertarik mereka-mereka yang penasaran terhadap para pemain yang tidak begitu mereka kenal, Finchem sangat yakin pentingnya kompetisi ini akan terus berkembang seiring para penggemar Amerika kian mengenal para pegolf Australia dan Afrika Selatan, Amerika Selatan dan Kanada.

”Dalam 20 tahun,” ujarnya kepada para wartawan kala itu, ”kita bisa mendapatkan sebuah ajang dengan kualitas yang benar-benar premium.”

Silakan mengkritik pernyataan Finchem sesuka Anda, namun ada argumen yang membuktikan bahwa pernyataannya itu benar. Tiga atau lima kompetisi terakhir berjalan dengan sangat ketat (16-14 di Australia tahun 2019; partai satu poin di Korea Selatan tahun 2015; partai yang jauh lebih ketat daripada hasil 18,5-15,5 di Muirfield Village tahun 2013). Lalu ada aspek lain yang tak lagi asing. Jika 28 tahun silam 12 pemain Tim Internasional hanya bermain dalam total 141 ajang PGA TOUR, pada musim 2021-2022 ini 12 pemain teratas pada klasemen Tim Internasional memainkan total 251 turnamen.

Ada pertumbuhan 78% dan perbedaannya bisa kita lihat dari atas sampai bawah. Dari 12 pemain yang saat ini ada di 12 besar—meskipun tidak berarti mereka semua akan masuk tim, hanya bahwa mereka saat ini berada di peringkat tertinggi Tim Internasional—delapan di antaranya bermain dalam lebih dari 20 turnamen.

Bintang baru dari Chile, Mito Pereira (25 tahun) dan pegolf Korea Selatan Lee Kyounghoon (31 tahun) memimpin daftar pekerja keras itu. Sementara duo Kanada Mackenzie Hughes dan Adam Hadwin sudah sering bertanding selama beberapa tahun, dengan rekan senegara mereka, Corey Conners, telah menunjukkan konsistensi yang patut dikagumi.

 

Kapten Tim Internasional Trevor Immelman.
Kapten Trevor Immelman menjalani tugas berat membawa Tim Internasional pada Presidents Cup 2022. Foto: Getty Images.

 

Faktor lainnya, pegolf Korea Selatan Im Sungjae, yang ”hanya” bermain 22 turnamen dalam musim ini terlihat hampir tanpa kesulitan, dan Anda mendapati Tim Internasional menjadi makin dan makin nyaman bermain di AS tiap pekan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa optimisme kian bertumbuh untuk melihat kekuatan Tim Internasional.

”Kami masih membicarakan soal 18 hole match play, dan kita harus ingat bahwa segalanya bisa terjadi dalam duel 18 hole,” ujar Adam Scott kepada para jurnalis pada ajang Rocket Mortgage Classic, bulan Juli 2022 lalu.

”Momentum memainkan peranan besar dalam pertandingan seperti ini. Kami melihatnya pada penyelenggaraan terakhir. Kami mendapat momentum lebih awal dan nyaris mempertahankannya (untuk menang).”

Sebagai pemain veteran, Scott bisa menilai bahwa meskipun ia dan rekan-rekannya menjadi lebih nyaman bermain di AS berkat status penuh untuk mengikuti berbagai turnamen PGA TOUR, aspek lain dari ajang dua tahunan ini juga kian mempersulit keadaan.

Aspek yang dimaksud ialah bahwa Tim Amerika secara konsisten memiliki kedalaman kualitas dan usia yang juga muda.

Sedalam apa? Masing-masing dari 12 pemain teratas klasemen Tim AS berada di jajaran 20 besar Official World Golf Ranking. Termasuklah itu pegolf No.1 Scottie Scheffler dan empat pemain lainnya di sepuluh besar dunia—Patrick Cantlay (No.4), Xander Schauffele (No.6), Justin Thomas (No.7), dan Collin Morikawa (No.8).

 

Kapten Tim AS Davis Love III.
Kapten Davis Love III berusaha melanjutkan kisah sukses dominasi Tim AS atas Tim Internasional. Foto: Getty Images.

 

Seberapa muda? Tiga di antaranya baru berusia 25 tahun (Morikawa; Will Zalatoris , No.14; dan Cameron Young, No.17). Sedangkan lima lainnya berusia 20-an. Mereka yang dianggap ”tua” di jajaran 12 besar ini adalah Cantlay (30 tahun), Max Homa (31 tahun), Tony Finau (32 tahun), dan Billy Horschel (35 tahun).

Sedalam dan semuda itu, dan betapa tangguhnya grup di jajaran atas klasemen tersebut, meskipun tidak semua mereka turun bertanding pada 22-25 September di Quail Hollow Club, di Charlotte, North Carolina. Davis Love III kemudian memfinalisasi timnya dengan komposisi Homa, Horschel, Kevin Kisner (38), Morikawa, Jordan Spieth (29), dan Young.

Meski demikian, seperti itulah indikasi bahwa kubu Amerika masih akan menjadi kekuatan favorit untuk meraih kemenangan kesembilan secara beruntun. Namun, sekali lagi, menjadi kubu yang tidak diunggulkan adalah berita lain bagi para pegolf Australia, Afrika Selatan, Fiji, Selandia Baru, Kanada, Amerika Selatan, Jepang, dan Korea.

Benar, mereka masih belum menemukan jawaban terhadap kepingan ajang dua tahunan ini. Namun, Anda bakal menyinggung mereka jika menyebut mereka gagal. Gambaran besar justru memihak mereka, jika melihat musim 2021-2022. Lima dari 12 pemain teratas Tim Internasional (Cam Smith, Im Sungjae, Lee Kyounghoon, dan Joaquin Niemann) telah mengumpulkan delapan gelar PGA TOUR musim ini.

Memang, kubu Amerika juga meraih gelar yang lebih banyak, di mana 9 dari 12 pemain teratas telah mengumpulkan 18 kemenangan. Namun, visi Finchem telah terbukti sesuai prediksinya. Para pemain internasional telah mewujudkan kualitas global berkat permainan tingkat tinggi pada PGA TOUR dan hal itulah yang secara mencolok akan ditampilkan dalam Presidents Cup tahun ini.

Ketika berfokus pada individu-inidiidu yang akan tampil mewakili kedua tim, dan bukan melihat pada hasil sebelumnya, hampir pasti Anda akan mendapati 15 dari 20 pemain teratas dunia. Seperti yang dijanjikan lebih dari 20 tahun lalu, Presidents Cup telah mencapai level kualitas yang premium.