Yuan Yechun segera beraksi pada turnamen pertama PGA TOUR musim 2022-2023, Fortinet Championship 2022.

Dulu ia dikenal sebagai bocah kurus asal Dalian. Kini bocah cengkring itu menjalani mimpinya menghadapi para pegolf top dunia pada turnamen awal musim 2022-2023, Fortinet Championship di Napa, California, yang dimulai hari ini. Ia kini resmi menjadi pegolf China Daratan ketiga yang berkompetisi di panggung tertinggi golf sebagai anggota baru PGA TOUR.

Yuan juga sudah dikenal dengan swing-nya yang tidak lazim. Keunikannya ini telah beberapa kali membuatnya viral.

Pegolf berusia 25 tahun ini memang baru saja meraih status penuhnya bermain pada PGA TOUR setelah menuntaskan musim 2022 pada Korn Ferry Tour. Sepanjang musim lalu itu, ia menampilkan permainan mengesankan. Ia menuai satu kemenangan serta tiga kali finis di tempat kedua, untuk kemudian finis di peringkat kedua pada klasemen akhir musim.

Menariknya lagi, ia tidak akan sendirian bertanding pekan ini. Rekan senegaranya, Dou Zecheng, juga kembali ke PGA TOUR setelah sempat melakoni kompetisi ini pada tahun 2018.

Kini perjalanannya telah membawa Yuan ke tujuan utamanya. Meski demikian, ia tidak merasa perlu merayakan pencapaian ini lantaran ia kerja keras yang ikut membawanya ke Amerika usai tampil cemerlang pada PGA TOUR Series-China tahun 2018 harus ia teruskan. ”Saya berharap bisa memenangkan gelar PGA TOUR dalam lima tahun ke depan, dan bisa masuk 30 besar dunia,” ujarnya serius. ”PGA TOUR merupakan panggung baru, dan saya butuh waktu untuk beradaptasi.”

 

Yuan Yechun dan kedua orangtuanya.
Yuan Yechun, diapit sang ayah Yuan Dahai dan ibu Li Xiaohu, usai menjuarai ajang junior di AS tahun 2011. Foto: Getty Images.

 

Keterlibatan Yuan dalam golf tidak lepas dari peran sang ayah, yang merupakan pebisnis di industri perkapalan. Dalian, kota asalnya, merupakan kota pelabuhan di Timur Laut China. Dalam usia 7 tahun ia mengikuti sang ayah, Yuan Dahai, yang memainkan putaran kasual bersama teman-temannya. Begitu usianya sudah lebih besar, sang ayah tidak ragu bahwa anaknya kelak akan menjadi atlet profesional.

”Ia sangat penasaran tentang lapagan golf, dan saya bersama teman-teman bermain golf,” tutur Dahai. ”Dia lari-larian ke mana-mana dan ketika sudah lelah, dia akan rebahan di tas golf saya. Dia begitu kecil dan kurus waktu itu, dan kedi saya akan menarik tas golf saya bersamanya sepanjang 18 hole.

”Kami membiarkan dia mencoba golf sebagai kegiatannya, selain ping pong dan sepakbola. Carl (nama Inggris Yuan Yechun) tidak menonjol ketimbang anak-anak lain pada masanya. Namun, ia berlatih keras sesuai ritmenya sendiri. Ia benar-benar menyukai dan menikmati golf.”

Meskipun kemudian mendapat pelatihan formal ketika tumbuh dewasa, Yuan telah mengembangkan swing dan gayanya yang unik. Swing itu pulalah yang menjadikannya viral di media sosial. Sering kali ia menghasilkan swing khas teori buku yang mengalir bebas, akan tetapi follow through miliknya justru meniru gaya kung fu Shaolin. Ia kerap menciptakan finis ”helikopter” dengan satu tangan, atau hanya satu kaki yang menapak di permukaan setelah melambungkan bolanya.

Sementara rutinitas pemanasannya di driving range termasuk ”hosel drill”, di mana ia melakukan pukulan shank (mengarah deras ke kanan bagi yang nonkidal) secara sengaja untuk membuat clubface-nya square saat impact. Para pesaingnya sering tertegun menyaksikan pemanasannya itu. Namun, bagi sosok yang mudah disukai orang ini, latihannya itu hanya bermaksud mengarahkan bola ke target sekonsisten mungkin.

”Menurut saya semua orang punya gayanya tersendiri. Gaya saya, swing saya, sesuai dengan kepribadian saya. Saya mesti lebih nyaman saat melakukan swing. Saya mengikuti perasaan saya, bukan teknik, ketika bermain,” tutur Yuan, yang sempat mewakili China pada Olimpiade Tokyo.

 

Yuan Yechun, Pre-Fortinet Championship 2022.
Yuan mengaku swing seperti ini tidak sengaja ia lakukan, namun keluar sendiri. Foto: Getty Images.

 

”Agak berbeda memang, tapi swing itu mengantarkan bola memasuki hole. Buat saya sih bukan soal swing yang keras, melainkan lebih bagaimana memukul bola dari A ke B dan tubuh saya mengatasinya. Saya tidak melakukan swing itu dengan sengaja. Swing itu justru keluar sendiri.”

Langkah besar dalam perkembangan Yuan yang sedemikian pesat tidak terlepas dari keputusan orangtuanya, yang mengirim putra mereka ke Florida untuk belajar dan mengejar impian golfnya saat masih 14 tahun. Jelas banyak tantangan untuk bertumbuh di lingkungan baru yang sangat jauh dari rumah, termasuk tantangan bahasa. Namun, Yuan, yang kini lancar berbahasa Inggris, berjuang dan menunjukkan kedewasaannya.

Li Xiaohu, sang ibu, mengenang dorongan yang dimiliki putranya itu sejak masih sangat kecil. ”Saat itu, Carl sedikit lebih tinggi daripada satu club. Kemudian kami membelikan 7-iron untuk anak-anak, dan kadang ia bisa memukul 600-800 bola. Ia pernah bilang ke saya, suara club golf memukul bola merupakan suara yang paling indah di dunia,” tutur Li sambil tersenyum.

”Carl tidak pernah kehilangan hasratnya, tidak pernah menyerah. Ia memberi tahu guru SD-nya kalau ia mau bolos dari beberapa kelas pada sore hari untuk berlatih golf. Baik kami, maupun sekolah ikut mendukungnya. Ia juga sangat pintar mengatasi masalahnya sendiri. Saat masih 12 tahun, ia tidak bermain dengan baik dalam sebuah turnamen dan saya mendapati dia menangis. Beberapa hari kemudian ia memberi tahu saya, ’Ma, tidak usah mengkhawatirkan saya, saya menemukan cara untuk mengatasi tekanan dan memecahkan masalah saya.’”

Yuan sempat berkuliah tiga tahun pada University of Washington, yang terbukti mengubah hidupnya, baik di level pribadi maupun profesional. Selain memperkuat panggilannya untuk menjalani karier golf secara profesional, ia juga bertemu istrinya, Cathy Luo, yang juga merupakan pegolf profesional. Mereka kemudian menetap di Jacksonville, Florida dan dikenal sebagai ”Pasangan Impian” di antara media di China.

”Ada istri yang menemani saya ke tiap turnamen, dan saya sering membahas golf dengannya. Kami ini satu tim,” ujar Yuan.