Lucas Herbert melanjutkan dominasi pegolf internasional di panggung PGA TOUR lewat kemenangannya pada ajang Butterfield Bermuda Championship.

Dua performa mengecewakan secara berturut-turut dalam musim perdananya berlaga pada PGA TOUR sudah cukup menciptakan frustrasi bagi Lucas Herbert. Ia menyadari, untuk menyelamatkan awal musim yang penting dalam kompetisi panjang ini, ia harus melakukan sesuatu. Dan langkah yang ia ambil ialah memanggil pelatihnya, Dominic Azzopardi dari Australia. Keputusan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, mengingat memulangkannya kembali ke Australia tidak akan mudah dengan pandemi COVID-19 saat ini.

”Kami harus gagal menembus cut off dalam dua turnamen berturut-turut. Permainan saya benar-benar mengalami kesulitan dan saya memutuskan untuk memanggilnya dan menerbangkannya ke sini,” ujar Herbert.

Setelah bermain 71-72 pada ajang Fortinet Championship, ajang PGA TOUR pertamanya musim 2021-2022, Herbert harus kembali pulang lebih awal setelah membukukan skor 69 dan 74 pada ajang Sanderson Farms Championship. Akurasi driving-nya hanya mencapai 39,29% pada turnamen pertamanya, dan hanya 46,43% pada ajang kedua. Performa yang jauh dari harapan itu sudah cukup menggusarkannya.

”Saat itu memang terlihat sulit untuk menerbangkannya kembali ke Australia begitu ia terbang ke sini,” ujar Herbert.

Namun, layaknya pelatih pada umumnya, yang tidak ingin muridnya terpuruk lebih dalam, Azzopardi memutuskan menemani Herbert untuk mengembalikan tidak hanya performanya, tapi juga percaya dirinya.

 

Lucas Herbert, Butterfield Bermuda Championship 2021.
Lucas Herbert mengikuti Adam Scott sebagai pegolf Australia yang menjuarai ajang European Tour dan PGA TOUR pada tahun yang sama. Foto: Cliff Hawkins/Getty Images.

 

”Bisa mendapatkan komitmennya untuk datang, ia jelas sangat membantu saya dengan swing golf saya. Kami juga banyak memukul bola dalam dua-tiga pekan terakhir agar siap bertanding pada ajang ini,” lanjut Herbert.

Setelah skor 1-under 70 pada hari pertama yang brutal, Herbert melejit ke jajaran atas setelah dua kali membukukan skor 65. Namun, ia masih tertinggal empat stroke di belakang pegolf Kanada Taylor Pendrith, yang secara mengejutkan mendapat banyak pendukung sepanjang pekan itu.

Jika ada modal berharga yang menjadi miliknya, hal itu adalah pengalamannya meraih kemenangan dalam dua skenario. ”… saya sudah pernah menuju putaran final dengan tertinggal beberapa stroke dan saya juga pernah memimpin menuju putaran final. Ya, rasanya saya punya pengalamannya. Namun, Taylor adalah pemain tangguh dan saya yakin demikian juga dengan pemain lainnya di papan klasemen, …. Pengalaman bakal sangat membantu, tapi saya harus bermain dengan sangat baik untuk bisa mengalahkan mereka,” ujar Herbert pada putaran ketiga.

Namun, pada putaran final itu, permainan Pendrith meredupt. Dengan kondisi lapangan yang jauh dari bersahabat—hujan bercampur embusan angin yang kecepatannya bisa mencapai 30 mil per jam, yang kemudian memaksa pertandingan dihentikan sejenak—tak satu birdie pun berhasil ia torehkan.

Kejutan justru datang dari Patrick Reed, yang bermain enam grup di depan Herbert, Pendrith, dan Danny Lee. Juara Masters 2018 ini menciptakan hanya satu bogey dengan tujuh birdie, termasuk di dua hole terakhirnya, sebagai usahanya menciptakan tekanan di papan atas.

”Dom (Azzopardi) tidak bersama saya dalam dua kemenangan pertama saya pada European Tour, jadi ini pengalaman pertama saya meraih kemenangan dengan dia berada di sini.”

Saat Reed menuntaskan putaran final dengan skor total 14-under 270, Herbert masih berhasil mempertahankan permainannya dan menghindari membuang terlalu banyak pukulan dan telah mencatatkan 2-under berkat tiga birdie dan sebuah bogey. Setelah terpaksa melakukan empat pukulan di hole 13 par 3, Herbert kembali mencatatkan birdie di hole 14 untuk meraih keunggulan satu stroke.

Dalam tiga hole berikutnya, bukan hanya Reed yang menjadi pesaing terdekatnya. Dalam tiga hole berikutnya, Lee, yang mengincar gelar PGA TOUR pertamanya sejak 2015 ikut memberi tekanan. Tiga birdie berturut-turut ia ciptakan dari hole 15 itu membuatnya hanya berjarak satu stroke dari Herbert, dan membuat pegolf Australia ini tak boleh melakukan kesalahan sama sekali.

Persis itulah yang ia lakukan. Pengalamannya berada dalam posisi tertekan kala meraih kemenangan di ranah Eropa terbukti membantunya untuk mengamankan par hingga hole terakhir, sekaligus memberinya gelar perdana dalam 20 turnamen PGA TOUR yang ia ikuti sepanjang karier profesionalnya yang telah berusia enam tahun.

”Cukup sulit dipercaya. Sungguh berat bermain di lapangan dan ajang ini menjadi salah satu turnamen ketika Anda tidak bisa memberi kesempatan pada diri sendiri untuk berpikir jauh ke depan dan mengira sudah menjuarai turnamen lebih awal karena kondisinya sungguh brutal, sampai-sampai Anda bisa saja memukul ke mana-mana. Sungguh menyenangkan bisa bertahan, mungkin seperti itulah saya menggambarkannya,” ujar Herbert.

Dan Herbert tidak segan menunjuk sosok Azzopardi sebagai salah satu faktor yang memungkinkannya meraih kemenangan. ”Dom tidak bersama saya dalam dua kemenangan pertama saya pada European Tour, jadi ini pengalaman pertama saya meraih kemenangan dengan dia berada di sini. … Ia banyak membantu untuk swing golf saya, kami memukul banyak bola dalam dua-tiga pekan terakhir untuk bersiap pada ajang ini. Bisa menuai hasilnya secepat ini dan berbagi kemenangan dengannya jelas sangatlah spesial,” ujar Herbert.

 

Lucas Herbert, Butterfield Bermuda Championship 2021.
Kemampuannya memukul dan mencapai jarak pukul yang ia butuhkan membuat Lucas Herbet tak menggunakan 5-iron. Foto: Cliff Hawkins/Getty Images.

 

Kemenangan pegolf Australia ini juga memberi arti baru bagi para pegolf internasional. Sejak musim 2021-2022 bergulir lewat ajang Fortinet Championship, Herbert menjadi pegolf internasional keempat yang menjuarai ajang PGA TOUR, menyusul Im Sungjae (Shriners Children’s Open), Rory McIlroy (THE CJ CUP @ SUMMIT), dan Hideki Matsuyama (ZOZO CHAMPIONSHIP). Prestasi ini juga bakal menghadirkan persaingan menarik untuk skuad Tim Internasional untuk Presidents Cup 2022. Kapten Trevor Immelman jelas akan mendapat lebih banyak pilihan dalam upayanya mewujudkan kemenangan di Quail Hollow Club.

Sementara itu, hasil terbaik dari pemain berkewarganegaraan Asia dihasilkan oleh pemegang satu gelar PGA TOUR Noh Seungyul, yang finis di peringkat T30 dengan skor total 6-under 278. Bagi mantan pegolf No.1 Asian Tour ini, hasil yang ia tuai pekan itu menjadi pencapaian terbaiknya dari empat ajang PGA TOUR yang ia ikuti—ia gagal lolos cut dalam dua ajang pertamanya, dan harus mundur dari Shriners Children’s Open.

”Whats in the Bag?”
Ketangguhan Herbert pekan lalu ikut mempertahankan nama sponsornya sebagai salah satu produsen perangkat golf terkemuka.

Driver: TaylorMade SIM2 9,0°
Fairway wood: TaylorMade SIM 15,0°
Utility: TaylorMade P790 UDI
Iron: TaylorMade P7TW 3-4, 6-PW
Wedge: TaylorMade MG3 50°, 56°, 60°
Putter: TaylorMade Spider X
Bola: TaylorMade TP5

Tahukah Anda?
Herbert sama sekali tidak menggunakan 5-iron. Ia beralasan mampu melakukan semua pukulan dan jarak pukul yang ia butuhkan tanpa iron tersebut itu sehingga ia bisa menambah wedge sebagai club terpendeknya, sekaligus menambah versatilitas untuk mengisi celah antara iron terpanjang dan wood pertamanya.