
Women’s Amateur Asia-Pacific 2024 kembali menjadi bagian dari investasi jangka panjang bagi kuartet Indonesia, dengan Kristina Natalia Yoko dan Sania Talita Wahyudi mencatatkan penampilan terbaiknya selama mengikuti ajang istimewa ini.
Ketika hendak bertolak ke Thailand untuk kembali ke Siam Country Club dan mengikuti ajang Women’s Amateur Asia-Pacific (WAAP), Sania Talita Wahyudi menuturkan keinginan yang relatif sederhana. Dalam penampilannya yang ketiga pada kejuaraan amatir wanita paling bergengsi se-Asia Pasifik ini, ia hanya berharap bisa menembus 20 besar.
Meski terkesan sederhana, mencapai 20 besar pada ajang yang diikuti oleh para pegolf terbaik Asia Pasifik bukanlah hal yang mudah. Pekan ini, ada 9 peserta yang menghuni 50 besar pada World Amateur Golf Ranking, dengan 19 nama lainnya masuk di jajaran 100 besar (per 17 Januari lalu).
Berbekal kondisi fisik yang jauh lebih baik serta pengenalan lapangan yang lebih baik ketimbang 2022, Sania tak hanya mampu memukul lebih jauh, tapi juga telah mempersiapkan permainan iron, yang menurutnya sangat penting untuk menavigasi Waterside Course.
”Sudah tentu target utama saya adalah menang, tapi secara realistis saya ingin bisa finis setidaknya di 20 besar. Saya juga ingin bisa finis dengan skor under karena dalam dua WAAP sebelumnya, saya tidak bermain under,” tutur mahasiswi Universitas Pertamina ini.

Harapannya itu tampaknya bakal terwujud. Setelah mencatatkan skor 1-over 73, pegolf yang juga bernaung di bawah Ciputra Golfpreneur Foundation (CGF) ini bermain 1-under 71. Skor ini menjadi 18 hole pertama yang berhasil ia bukukan dengan bermain under. Dan dengan skor even par 144, Sania berada di posisi T32. Artinya, dengan tersisa 36 hole lagi, ia punya peluang untuk mewujudkan salah satu targetnya itu.
Sayangnya, harapan itu akhirnya pupus setelah pada dua putaran terakhir Sania kembali mengulang catatan skor yang juga ia raih di Singapura setahun sebelumnya. Untuk kedua kalinya secara berturut-turut, ia membukukan skor 73-77 dalam dua putaran finalnya.
Pada putaran final hari Minggu (4/2) kemarin, ia tak dapat meraih satu birdie pun di sembilan hole pertamanya. Alih-alih, ia justru mengemas empat bogey dan sudah bermain 6-over setelah menambah bogey di hole 11 dan 12. Ia baru bisa meraih birdie di hole 17, birdie kesembilan dalam 72 hole yang ia mainkan pada pekan ini, yang sekaligus menjadi birdie ke-11 yang ia torehkan dalam dua penampilannya pada WAAP di Siam Country Club.
Meskipun tidak berhasil mencapai dua target utama yang ia canangkan sejak awal, penampilan Sania pekan itu menjadi penampilan terbaiknya dalam tiga edisi WAAP. Meskipun dari segi peringkat posisinya cukup jauh di bawah penampilannya pada tahun 2023, dari segi skor, ia mengalami peningkatan yang berarti.
Pertama, ia berhasil bermain under dalam satu putaran—sesuatu yang tidak berhasil ia lakukan pada tahun 2023. Kedua, ia mengemas lebih banyak birdie dan lebih sedikit bogey—dua birdie lebih banyak, dua bogey lebih sedikit. Dan ia juga berhasil menghindari double bogey.

Pencapaian Terbaik Yoko
Catatan positif juga menjadi milik Yoko, yang menorehkan prestasi terbaik dalam empat keikutsertaannya pada WAAP. Bagi pegolf berusia 23 tahun ini, finis T37 merupakan finis terbaik, setelah tahun 2023 ia berada di peringkat 47.
Yoko, yang seperti halnya Elaine Widjaja dan Sania juga tampil pada edisi 2022 di lapangan yang sama, menunjukkan kualitas permainan yang jauh lebih baik ketimbang ketika gagal lolos cut dua tahun silam. Setelah mengawali pekan di Siam Country Club itu dengan skor 74, ia bermain bermain 4-under dalam dua putaran berikutnya berkat dua skor 70.
Akan tetapi, putaran final menjadi putaran yang paling menantang sepanjang pekan. Hal ini, di antaranya, bisa terlihat dari total bogey yang tercipta pada putaran final. Tercatat total 139 bogey tercipta, dengan 16 skor double bogey atau bahkan lebih buruk. Sementara pada putaran ketiga, tercatat hanya 98 bogey dengan 15 skor double bogey atau lebih buruk. Wu Chun-Wei, sang juara, juga menorehkan skor terbesarnya sepanjang pekan dengan catatan empat birdie dan empat bogey. Artinya, skor 75 milik Yoko pada putaran final itu tidak bisa dibilang skor yang buruk. Yoko menuntaskan pekan di Siam Country Club dengan catatan 1-over 289.
Selain menjadi wakil Indonesia terbaik, Yoko juga mencatatkan lima birdie lebih banyak dan sembilan bogey lebih sedikit daripada edisi 2023. Seandainya ia tidak mendapat double bogey di hole 17 pada putaran pertama, ia bisa finis sendirian di peringkat 31.

Sementara itu, bagi Elaine, meskipun gagal memenuhi harapannya menembus sepuluh besar dalam penampilan ketiganya, setidaknya ia masih bisa tampil lebih baik ketimbang tahun 2022 lalu. Skor 74-71-75-77 yang ia torehkan menempatkannya di peringkat 52.
Jelas finis di posisi yang jauh dari T18 yang ia raih di Singapore Island Country Club tahun 2023 lalu adalah sebuah catatan yang mengecewakan. Akan tetapi, mengingat ia bertolak ke Thailand dengan sejumlah PR, termasuk performa putter yang masih jauh dari level yang ia harapkan, hasil yang ia capai kali ini bukanlah hal yang terlalu buruk.
Jika dibandingkan penampilannya tahun 2022, tatkala ia membukukan skor 73-76 dan hanya tertinggal satu stroke dari batas cut-off, skor 74-71 yang ia peroleh tahun 2023 menjadi salah satu hal positif bagi seorang pegolf yang selama ini memiliki kelemahan di jarak pukul.
Adapun penampilan Thea Jessica Tan, yang melakoni debutnya tahun ini, cukup meninggalkan kesan yang berarti. Permainannya pada hari pertama menunjukkan potensi yang ia miliki, sekaligus menjadikan pegolf asal Semarang ini sebagai menjadi satu-satunya pegolf Indonesia yang mencatatkan skor under di antara mereka yang hanya bisa bermain dua putaran.
Pada akhirnya, penampilan keempat wakil Indonesia di Thailand pekan lalu menjadi sebuah investasi jangka panjang yang bakal berdampak bagi karier masing-masing. Penampilan Yoko pekan ini sekaligus menegaskan para pegolf Indonesia ini harus lebih sering bertanding di level tertinggi, dengan ia menembus 40 besar untuk pertama kalinya dalam penampilan keempatnya. Sudah tentu, para pegolf ini, serta pegolf putri Indonesia lainnya harus berlomba untuk bisa secara otomatis mendapat undangan dari Asia-Pacific Golf Confederation atau mendapat nominasi dari asosiasi agar bisa kembali mengikuti ajang ini.