Kim Siwoo siap menyambut tantangan merebut Jaket Hijau di Augusta National pekan ini.

Kim Siwoo menjadi salah satu pemain yang tak sabar menantikan sorakan ketika Masters Tournament kembali digelar pekan ini. Ia sendiri berharap dirinya menjadi salah satu alasan sorakan tersebut membahana.

Dengan jumlah penggembar yang dibatasi, atau patron sebagaimana mereka biasa disebut di Augusta National Golf Club, diperbolehkan hadir di lokasi untuk Major pria pertama tahun in, Kim berharap bisa terhisap dalam atmosfer tersebut, sekaligus menjadi penantang untuk merebut Jaket Hijau.

”Kami sudah bermain tanpa penonton selama beberapa bulan terakhir. Ketika melakukan pukulan yang bagus atau memasukkan putt, saya tak mendapat motivasi atau tambahan energi karena tidak mendengar sorakan yang menyemangati. Namun sekarang, dengan kembalinya sejumlah ppenggemar, kami bisa lebih mendapatkan semangat. Saya pikir fakta ini akan memberi motivasi dan energi tambahan. Buat saya ini hal yang baik. Saya berharap lebih banyak lagi penggemar yang bisa datang dan menyaksikan berbagai pukulan bagus dan menikmati menonton kami,” ujar Kim.

Ia mengingat bagaimana dalam debutnya tahun 2017 silam, ia berasa tengah bermimpi.

”Waktu masih kecil, saya sering menonton The Masters melalui TV. Saya menyaksikan bagaimana para pemain melakukan pukulan yang hebat di lapangan, dan saya tahu semua hole terkenalnya. Ketika tiba di sini pertama kalinya, saya pikir kondisi lapangannya jauh lebih baik daripada yang saya bayangkan. Nyaris tanpa cela, luar biasa mengesankan. Rasanya saya sedang bermimpi,” kenangnya.

 

 

Impian tersebut terbukti berjalan dengan singkat. Bermain dengan skor 75 dan 81 membuatnya harus mengakhiri debutnya itu. Namun, ia membuktikan bahwa dirinya lekas belajar sejak menguasai kerumitan dan nuansa di Augusta National. Dalam kunjungan berikutnya, ia finis T24, T21, dan T34. Rangkaian hasil ini hanya memperkuat keyakinannya bahwa ia bisa bersaing untuk meraih gelar Masters.

”Saya pikir bisa berpartisipasi pada The Masters sangatlah berarti. Pertama kali bermain, saya merasa sangat gugup sampai tak bisa bermain seperti yang saya inginkan. Namun, setelah itu saya menjadi sedikit lebih berpengalaman dan saya pikir saya bisa main bagus dan lapangan ini cocok buat saya. Entah bagaimana, saya bermain lebih baik di sini ketimbang ajang Major lainnya,” tuturnya pegolf yang kini ada di peringkat 23 pada klasemen FedExCup.

”The Masters adalah kompetisi besar dan suatu kehormatan bisa mengikutinya. Sudah menjadi impian saya untuk bermain dengan para pemain terbaik di lapangan golf terbaik. Saya tak pernah mengira kami akan memainkan The Masters dua kali dalam musim ini. Ketika bermain bulan November lalu, saya tidak bisa langsung mengikuti yang bulan April ini. Saya agak khawatir juga, tapi sangat senang bisa kembali bermain setelah menjuarai The American Express bulan Januari.”

Kim, yang masih berusia 25 tahun, kini sudah tiga kali menjuarai ajang PGA TOUR. Ia hanya berada di belakang pemegang delapan gelar, K.J. Choi, sebagai pegolf Korea dengan kemenangan PGA TOUR terbanyak. Kim sendiri meraih gelar pertamanya pada Wyndham Championship 2016. Sembilan bulan kemudian ia menjadi juara termuda PLAYERS Championship, ajang flagship PGA TOUR. Ia mengakhiri puasa gelar tiga tahunnya bulan Januari lalu.

”Bersaing dengan para pemain tangguh menjadi alasan mengapa saya bermain golf.” — Kim Siwoo.

Mengingat THE PLAYERS Championship menjadi ajang dengan peserta terkuat melebih turnamen mana pun, Kim menunjukkan ia memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan untuk menjadi penantang gelar Major pertamanya. Sampai saat ini hanya Y.E. Yang yang menjadi satu-satunya pemenang Major asal Asia, ketika menjuarai PGA Championship 2009. Sedangkan pencapaian terbaik Asia pada The Masters dilakukan oleh Im Sungjae, yang finis T2 lima bulan lalu.

Kini Kim berharap bisa meramaikan perburuan juara pada Minggu sore nanti. ”Bersaing dengan para pemain tangguh menjadi alasan mengapa saya bermain golf. Ada tekanan, tapi juga ada semangat di balik itu. Pasti menarik bisa bersaing dengan para pemain berbakat lainnya,” sambungnya lagi.

Teman baiknya, Im, juga telah menikmati sukses pada PGA TOUR. Hal ini membuatnya yakin persahabatan mereka akan menjadi faktor yang memotivasi untuk melampaui batasan permainannya sendiri. ”Sungjae sudah bermain sangat bagus dalam dua-tiga tahun terakhir. Saya sangat senang dan bangga akan dia. Tiap kali melihat para pemain Korea di papan klasemen membuat saya ingin berjuang keras juga. Saya pikir ada kesempatan bagi para pemain Korea untuk saling memotivasi diri.

”Kami bertemu pertama kalinya ketika saya masih 15 tahun dalam sebuah turnamen junior. Dia sangat tenang dan mahir bermain golf, meskipun dia masih muda. Saya sudah terkesan pada permainan Sungjae saat itu. Lalu dia menjuarai The Honda Classic (tahun 2020) dan menjadi salah satu pegolf terbaik PGA TOUR saat ini. Melihat prestasinya itu membuat saya termotivasi dan ingin berlatih lebih keras lagi.”