Kiradech Aphibarnrat mengejar kebangkitannya pada kancah PGA TOUR dengan senjata baru di tas golfnya.

Setelah selama sebelas tahun menemani perjalanan kariernya, Kiradech Aphibarnrat memutuskan untuk mengganti putter lamanya. Senjata baru yang menjadi bagian dalam tas golfnya pekan ini akan menemaninya untuk berusaha bangkit dan menuai hasil yang lebih meyakinkan ketika berlaga pada AT&T Byron Nelson di TPC Craig Ranch mulai hari ini (12/5).

Setelah berhasil mengamankan kartu PGA TOUR melalui rangkaian ajang Korn Ferry Tour Final musim lalu, Kiradech harus berjuang keras lagi agar bisa mempertahankan keanggotaannya untuk musim depan. Saat ini ia ada di peringkat 211 pada klasemen FedExCup dan membutuhkan permainan dengan hasil yang bagus untuk mendongkrak peringkatnya. Hanya 125 pemain teratas yang berhak mengikuti FedExCup Playoff dan mempertahankan statusnya pada Tour ini.

”Pekan ini sedikit berbeda. Saya sudah memainkan putter yang sama selama sebelas tahun, tapi pekan ini, saya punya senjata baru yang akan saya mainkan,” jelas mantan pegolf No.1 Asian Tour ini.

Pegolf yang sempat berada di jajaran 50 besar ranking dunia ini sadar bahwa hanya permainan yang solid dan konsistenlah yang bisa membantunya melanjutkan kiprah pada PGA TOUR. Lima lolos cut dari enam turnamen terakhir yang ia ikuti cukup memberinya nada optimis bahwa ia bisa bangkit.

”Saya sudah mendapatkan rasa percaya diri dan swing, pergerakan, dan pukulan saya sudah lebih baik. Saya banyak lolos cut, tapi saya perlu menampilkan semua permainan terbaik saya pada saat yang sama. Putting saya tidak terlalu membantu karena saya justru membuang beberapa pukulan pada tiap putaran dengan meleset melakukan putt jarak pendek,” jelas pegolf yang kini berada di peringkat 195 untuk kategori Strokes Gained: Putting. Ia kehilangan 0,54 pukulan dibanding para pemain lainnya.

”Saya mungkin tidak menjadi yang pertama meraih sukses pada PGA TOUR, mungkin generasi berikutnya yang bisa mewujudkan hal ini.” — Kiradech Aphibarnrat.

”Saya berjuang keras untuk mengembalikan semua aspek permainan saya agar kembali lebih kuat. Rasanya sekarang ini putting menjadi problem saya. Saya hanya mesti mengembalikan permainan saya yang biasanya untuk bisa mendapatkan hasil yang bagus.”

Partisipasinya pada ajang AT&T Byron Nelson pekan ini menjadi yang keempat kalinya. Tahun 2019 ia sempat finis T5, meskipun kala itu ajang ini dimainkan di lapangan yang berbeda. Ia masih dua kali lagi mencatatkan finis di sepuluh besar, yang menempatkannya di peringkat 67 pada klasemen final FedExCup musim 2018-2019, sekaligus pencapaian terbaiknya selama ini.

”Tergantung bagaimana swing saya, bagaimana saya menampilkan permainan terbaik saya pekan ini. Saya belum bermain cukup bagus beberapa tahun terakhir ini, tapi pukulan saya sudah kembali dalam beberapa pekan terakhir. Semoga semuanya bisa pulih pada saat yang sama pekan ini,” sambungnya.

Belum lama ini sang ayah memberinya saran agar lebih menikmati berkompetisi pada PGA TOUR, atau berhenti sekalian jika ia tidak senang dengan latihan dan kerja keras yang dituntut dari seorang pegolf profesional di level tertinggi.

”Saya pikir semua pemain mengalami tahun-tahun berat, sekali atau dua kali. Tahun lalu menjadi tahun yang berat buat saya,” ujar Kiradech. ”Saya ingin menikmati tiap menit bermain pada PGA TOUR. Sebagai pegolf Thailand pertama yang menembus PGA TOUR, saya mungkin tidak menjadi yang pertama meraih sukses pada Tour ini, mungkin generasi berikutnya yang bisa mewujudkan hal ini. Saya hanya ingin melakukan bagian saya sebaik mungkin dan membuka jalan bagi anak-anak Thailand lainnya yang ingin berkompetisi pada PGA TOUR.

”Saya akan berusaha kembali ke jajaran 125 besar. Jika tidak, saya akan melepasnya. Saya sudah bermain lima tahun pada Tour ini dan mungkin perlu kembali menghabiskan waktu bersama keluarga, serta menikmati permainan ini dengan lebih lagi. PGA TOUR merupakan salah satu yang tersulit di dunia … semua pemain terbaik di dunia ada di sini, 10 atau 20 pemain muncul tiap tahunnya dan lapangannya menjadi lebih panjang. Tidak heran jika inilah Tour tersulit dan terbesar di dunia.”