Nitithorn Thippong mengikuti jejak Thaworn Wiratchant, Thongchai Jaidee, dan Panuphol Pittayarat dengan memenangkan Mandiri Indonesia Open 2023.
Nitithorn Thippong tidak pernah memiliki catatan yang bagus selama bermain di Indonesia. Sejak resmi beralih profesional pada tahun 2015 pegolf yang kini berusia 26 tahun ini lebih sering gagal lolos cut daripada bermain penuh dalam empat putaran dalam dua turnamen utama di Indonesia—Indonesia Open dan Indonesian Masters.
Catatan tersebut akhirnya mulai berubah. Setelah gagal lolos cut dalam tiga penampilan pertamanya, ia kemudian mencatatkan finis T19 dalam gelaran Mandiri Indonesia Open 2022. Kala itu ia menorehkan skor 11-under 277, sembilan stroke di belakang Gaganjeet Bhullar yang keluar sebagai juara.
Lalu pada pekan ini, pegolf yang telah menjuarai ajang The DGC Open dan International Series Singapore—keduanya ia menangkan tahun 2022 lalu—ini tidak hanya memperbaiki catatan penampilannya, tetapi justru tampil sebagai pemenang. Skor even par 72 yang ia torehkan di Pondok Indah Golf Course siang tadi memberinya gelar Asian Tour ketiga dalam kariernya.
Memulai putaran final dengan keunggulan lima stroke, pegolf yang berjulukan ”Fever” ini tampaknya bakal menang besar setelah menuai birdie di hole 5 dan 6, yang praktis memberinya skor total 20-under. Akan tetapi, tekanan sebagai pimpinan klasemen dalam putaran final mulai ia rasakan sehingga memengaruhi performa putting-nya. Alhasil, ia terpaksa menuai bogey di hole 12 dan 13.
Usai dua bogey di hole 12 dan 13 itu, Nitithorn mengaku masih bisa merasa lebih tenang dan tetap rileks lantaran kedinya membantu menenangkannya. ”Saya melakukan banyak meditasi sehingga banyak membantu (dalam kondisi tertekan). Saya juga senang dengan kedi saya yang banyak membantu saya agar tetap tenang setelah membuat bogey di hole 12 dan 13. Setelah itu, di hole 14 saya masih memukul ke kiri dan dia berusaha menenangkan saya, membuat saya rileks,” jelasnya.
Dalam lima hole terakhir yang krusial, Nitithorn berhasil mengamankan skornya untuk memastikan kemenangan, justru ketika para pesaing terdekatnya harus tersandung. Scott Hend, yang sempat mencatatkan 18-under berkat birdie keenamnya di hole 14 harus melepas peluang terbaik untuk memenangkan gelar Asian Tour ke-11 dalam kariernya setelah menuai double bogey di hole terakhir. Adapun bogey di hole 16 memupus harapan Steve Lewton untuk memaksakan play-off.
Lee Chieh-po, yang bermain dengan Nitithorn, juga sempat menyamai raihan pegolf Thailand itu setelah mencatatkan birdie keenamnya dari hole 14. Akan tetapi, bogey di hole 16 dan 18 membuatnya harus puas berbagi tempat kedua dengan Hend dan Lewton.
Kemenangan ini menjadikan Nitithorn sebagai pegolf Thailand keempat yang memenangkan Indonesia Open, sekaligus menjadi pegolf Thailand pertama yang menjuarai kejuaraan bersejarah ini sejak Panuphol Pittayarat pada tahun 2017.
Pegolf legendaris Thailand Thaworn Wiratchant masih menjadi pegolf Thailand tersukses dalam sejarah Indonesia Open, menjuarai ajang ini tahun 2005 dan 2011. Sementara Thongchai Jaidee mengangkat trofi pada tahun 2009.
”Mereka anutan buat saya dan rasanya cukup keren bisa memenangkan turnamen yang juga pernah mereka menangkan. Rasanya luar biasa bisa menjadi bagian dari ajang yang bersejarah ini,” tutur Nitithorn mengenai prestasinya menyamai raihan dua pegolf legendaris tersebut.
Wiratchant juga tercatat sebagai pemenang yang menorehkan rekor skor terendah sejak ajang ini digelar secara internasional pada tahun 1974. Saat menjuarai edisi 2005, ketika Indonesia Open masuk kalender Asian Tour dan DP World Tour—pada waktu itu masih disebut European Tour. Pegolf yang kini berusia 56 tahun ini kemudian memenangkan gelar Indonesia Open keduanya pada tahun 2011—kala itu menjadi kalender OneAsia.
Kemenangan ini turut memperbaiki penampilannya dalam ajang ini. Setelah selalu gagal lolos cut dalam tiga penampilan pertama dan finis T19 pada edisi 2022, ia kini bisa pulang dengan senyum lebar.
”Saya tidak pernah main bagus di Indonesia, bahkan pada Indonesian Masters saya selalu gagal lolos cut. Hari ini saya juga kesulitan melakukan putt,” ujarnya. ”Hari kedua menjadi satu-satunya putaran ketika saya merasa bisa melakukan putt dengan baik. Saat itu saya tidak merasakan tekanan. Hari ini saya tidak merasa kesulitan saat melakukan pukulan, tapi begitu hendak melakukan putting tekanan itu mulai terasa sehingga membuat tangan saya gemetar. Namun, saya berusaha untuk tetap fokus.”
Kini ia berharap bisa mengikuti langkah Wiratchant ketika kembali untuk mempertahankan gelar yang ia menangkan pekan ini.
”Tentu saya akan kembali dan mempertahankan gelar jika mendapat kesempatan itu,” ujarnya.