Bermain tanpa ekspektasi terbukti membantu An Byeonghun meraih debutnya pada ajang TOUR Championship.
An Byeonghun segera menjalani debut yang telah lama ia nantikan pada ajang pamungkas FedExCup Playoff, TOUR Championship. Penampilan perdananya pekan ini di East Lake GOlf Club, di Atlanta menjadi langkah bersejarah yang berhasil ia raih setelah bermain tanpa ekspektasi apa-apa.
Pegolf berusia 32 tahun ini menjadi salah satu dari total sembilan pemain yang baru pertama kali menjadi bagian dari 30 pegolf elite yang berhak tampil pada turnamen tutup musim ini. Dengan total US$100 juta yang dipertaruhkan, pemenang FedExCup pada hari Minggu nanti akan memenangkan US$25 juta.
”Bisa mengikuti TOUR Championship merupakan salah satu target saya musim ini. Saya akhirnya bisa bermain untuk pertama kalinya dan merasa sangat senang bisa mencapai salah satu target saya,” ujarnya.
Bagi An, hadiah finansial yang bisa diraih dengan permainan yang bagus bukanlah menjadi prioritasnya. Sejak mendapat sorotan usai menjadi juara termuda pada ajang U.S. Amateur 2009, ia telah memulai perjalanan menjadi pegolf terbaik versinya sendiri. Perjalanannya bahkan membawanya ke ranah European Challenge Tour sebelum akhirnya mencapai negeri impian golf pada PGA TOUR.
Tentulah semua orang merasa kesal ketika melakukan pukulan yang buruk dan semua itu karena ekspektasi. Jadi, saya tidak mengharapkan apa-apa.”
Tak ada yang meragukan bakat An untuk bisa berkiprah pada PGA TOUR, terutama mengingat gen-gen dari kedua orangtuanya yang sama-sama peraih medali Olimpiade pada cabang tenis meja. Namun, mungkin keputusan berani yang ia ambil ialah ketika ia mulai berlatih dengan pelatih swing Sean Foley pada akhir 2020. Saat itu ia meraih prestasi terbaiknya dengan finis di posisi 33 pada klasemen FedExCup. Keputusan itu memberinya langkah yang baru dan pola pikir yang juga baru untuk menjadi pegolf yang lebih baik.
Selain membangun ulang swing, Foley sangat berperan dalam memengaruhi sikap mental dan kehidupan An secara umum. Tak heran jika An menyebut pelatihnya itu dengan julukan ”Gandhinya Golf”. Salah satu pesan kuncinya ialah agar bintang Asia yang satu ini berani untuk tak lagi berekspektasi apa-apa.
”Saya sama sekali tak punya ekspektasi,” tutur An yang lima kali finis di sepuluh besar pada musim ini, termasuk finis di tempat kedua pada Sony Open in Hawaii. ”Golf tidak berutang apa-apa pada saya. Ada batas yang jelas antara mengharapkan ada yang terjadi pada target-target Anda. Tentulah semua orang merasa kesal ketika melakukan pukulan yang buruk dan semua itu karena ekspektasi. Jadi, saya tidak mengharapkan apa-apa. Saya hanya melangkah ke lapangan dan berusaha main dengan baik.
”Jika yang disebut peningkatan mental itu ada, saya kira saya juga telah menjadi sedikit lebih baik. Teknik saya menjadi lebih baik seiring latihan keras saya. Itu sebabnya, saya bisa mendapatkan permainan golf yang konsisten pada tahun lalu.”
An, yang kini juga menikmati kehidupan keluarga bersama sang istri Jamie dan kedua anak mereka, sadar bahwa berada di 30 besar klasemen FedExCup tiap tahun hanya bisa terjadi dengan kerja keras yang ia curahkan bersama Foley. ”Kami berlatih keras selama bertahun-tahun, berusaha mengubah beberapa hal dalam swing golf saya yang berdampak pada saya kehilangan kartu (PGA TOUR tahun 2021), berusaha menjaga diri sebaik mungkin. Saya kira semua itu sudah mulai membuahkan hasil. Sekadar berjuang keras dan melihat potensinya. Saya sudah bisa bermain bagus pekan ini dan tahun lalu juga. Sejauh ini sangat konsisten,” ujarnya.
”Saya perlu memastikan kalau saya bermain denagn konsisten tiap harinya, agar punya peluang mengejar pimpinan klasemen.”
”Yang membuat saya punya keunggulan, saya kira, ialah bakat saya karena saya bukan pekerja tergiat di lapangan. Saya lihat ada begitu banyak pegolf yang berlatih lebih keras daripada saya. Saya memang berlatih keras, bahkan lebih keras lagi sekarang. Namun, saat masih muda, saya tak pernah menjadi pegolf yang sangat giat, namun seiring pertambahan usia, saya kira sedikit lebih giat berlatih akan mengimbangi bakat itu.”
Akhir pekan lalu ia menuntaskan BMW Championship dengan berada di posisi 16 klasemen FedExCup dan akan memulai putaran pertama di East Lake dengan 2-under dan delapan stroke di belakang pegolf teratas Scottie Scheffler (10-under) dalam format berjenjang ini. Namun, ia takkan selalu main agresif sejak awal di lapangan East Lake yang sepenuhnya telah direnovasi ini, mengingat lapangan itu menyuguhkan ujian yang sulit.
”Lapangannya susah, kami takkan mendapat banyak birdie di sini. Saya kira saya takkan bisa bermain dengan sangat agresif. Saya perlu memastikan kalau saya bermain denagn konsisten tiap harinya, agar punya peluang mengejar pimpinan klasemen,” ujar An, yang akan menjadi bagian dalam Tim Internasional menghadapi Tim AS pada Presidents Cup bulan depan di Royal Montreal.
Pegolf Korea lainnya, Im Sungjae akan bermain di East Lake untuk keenam kalinya berturut-turut pada ajang TOUR Championship. Sementara pegolf Jepang Hideki Matsuyama, yang telah meraih dua kemenangan musim ini, akan memulai ajang ini dari peringkat ketiga dengan 7-under, atau tiga stroke di belakang Scheffler.