Impian publik golf di Asia pada ajang Masters Tournament pekan ini akan berada di pundak Im Sungjae dan C.T. Pan.

Oleh Chuah Choo Chiang, Senior Director, International Marketing and Communications APAC untuk PGA TOUR dan berdomisili di Kuala Lumpur.

Datangnya musim semi dan bermekarannya bunga-bunga azalea menandakan semarak di sekitar Augusta National, seiring dengan kembalinya Masters Tournament pada bulan Aprilnya yang khas pekan ini. Dan impian para pegolf Asia akhirnya bisa kembali terpenuhi untuk menyaksikan semarak yang khas ini.

The Masters, ajang yang dipelopori oleh legenda golf Bobby Jones dan Clifford Roberts tahun 1934, kerap mengganjar juaranya dengan Jaket Hijau, sebuah hadiah yang kerap diimpikan oleh setiap pegolf profesional, selain ketiga ajang Major lainnya, THE PLAYERS Championship, dan mahkota sepanjang musim FedExCup pada PGA TOUR.

Edisi ke-84 tahun lalu menjadi pertama kalinya The Masters digelar pada bulan November, menyusul dampak global pandemi virus corona. Meski demikian, pergeseran jadwal ini terbukti berpihak kepada para pegolf Asia yang senantiasa mengincar sukses.

Pekan itu benar-benar menjadi pekan yang penuh keajaiban bagi pegolf Korea Im Sungjae. Pemuda yang telah mengukuhkan statusnya sebagai bintang muda yang baru ini, memperkuat statusnya dengan menjadi salah satu pegolf yang finis di tempat kedua dalam debutnya di Augusta National itu.

Kala itu Im harus mengakui keunggulan Juara FedExCup dan No.1 Dunia, Dustin Johnson. Pegolf Amerika itu unggul lima stroke untuk meraih Jaket Hijau pertamanya, sekaligus gelar PGA TOUR ke-24 dalam kariernya. Meski demikian, Im sekali lagi menunjukkan bakatnya dengan mencatatkan skor 66, 70, 68, dan 69 dan skor total 15-under. Dalam kesempatan yang berbeda, skor tersebut mungkin bakal memberinya kemenangan yang mengubah kehidupannya, sekaligus Jaket Hijau pertamanya. Toh ia masih berhasil memperbaiki catatan sejarah sebagai pemain Asia terbaik pada The Masters, melampaui prestasi seniornya, K.J. Choi yang meraih tempat ketiga pada edisi 2004.

Selain Im, harapan publik Asia untuk menyambut juara Major keduanya setelah Y.E. Yang—yang meraih kemenangan bersejarah pada PGA Championship 2009—juga berada di pundak pegolf China Taipei, C.T. Pan. Pan juga menikmati debut yang memukau lima bulan silam.

Ketika masih kecil, Pan yang kini berusia 29 tahun, kerap menyaksikan The Masters pada jam-jam subuh bersama mendiang ayah dan kakaknya. Namun, pada bulan November itu, ia menampilkan salah satu performa golf terbaiknya. Permainan iron-nyay ang terkendali dan kemampuannya mengendalikan emosi membawanya meraih finis di posisi T7. Prestasi ini sekaligus memberinya jaminan untuk kembali tampil pada pekan ini.

 

C.T. Pan turut menikmati debut yang memukau di Augusta National pada November 2020 lalu. Foto: Getty Images.

 

Tak Sabar untuk Kembali
Im, yang merupakan Rookie of the Year PGA TOUR 2019 dan juara The Honda Classic 2020, mengaku tak sabar untuk kembali bermain di Augusta National. ”Finis T2 jelas menjadi sesuatu yang sulit saya percayai! Dan saya merasa bangga. Target awal saya pada pekan itu hanyalah bisa lolos cut dan main pada akhir pekan,” tutur pegolf asal Jeju ini.

Ketika kecil, Im kerap menyaksikan Masters pada pagi-pagi buta di Korea. Namun, dengan menyaksikan secara langsung bagaimana permainan Johnson begitu mendominasi, Im menyadari hal-hal apa saja yang perlu ia perbaiki untuk bisa menuntaskan misinya jika kelak ia kembali berada dalam persaingan.

”Jelas sekali bahwa Dustin bermain pada level yang berbeda. Pukulannya jauh dan akurat. Hanya menyaksikan permainannya saja sudah membuat golf ini tampak mudah baginya,” sambung Im lagi.

Keberhasilan Im berada di tempat kedua tahun lalu menjadikannya pegolf termuda ketiga setelah Jordan Spieth dan Tiger Woods yang berhasil finis di lima besar pada The Masters ini.

Sementara itu, kembalinya Pan untuk Masters keduanya bisa dipastikan akan memberikan sensasi yang sama, seperti debutnya bulan November lalu. Permainannya juga tidak cukup tajam ketika hendak memulai debutnya. Dan meskipun kemudian berhasil finis mengesankan, toh ia gagal melanjutkan prestasi itu ke tahun 2021 ini. Setidaknya, sampai ia akhirnya finis T3 pada The Honda Classic dua pekan silam.

Yang jelas, akan ada perasaan gembira ketika ia mengemudi melintasi Magnolia Lane lagi. ”Pekan itu sungguh mengagumkan. Sebagai seorang bocah, Major pertama yang saya saksikan di TV ialah The Masters, yang selalu memiliki arti lebih ketimbang ajang Major lainnya karena saya tumbuh dewasa dengan menyaksikan ajang ini,” jelas Pan.

”Saya ingat semua hole-nya, terutama di sembilan hole terakhir. Menyenangkan sekali bisa bermain di sana untuk pertama kalinya dan bisa menampilkan performa yang sangat baik. Secara pribadi, saya selalu kesulitan pada ajang Major, meskipun hal ini cukup aneh, mengingat saya selalu berpikir kalau saya ini cukup bagus untuk bermain pada ajang Major dan waktu itu saya tampil sangat baik. Finis di sepuluh besar jelas ikut meningkatkan rasa percaya diri.”

 

Hideki Matsuyama telah dua kali finis di sepuluh besar dan tiga kali di 20 besar pada The Masters. Foto: Getty Images.

 

Sejauh ini ia telah tampil dalam 10 ajang Major. Dan selain pada Masters 2020 lalu, ia juga telah bermain penuh pada dua ajang Major lainnya.

Bisa memperoleh pengalaman The Masters, termasuk menikmati sandwich keju pimento yang terkenal itu, ikut berperan penting dalam keberhasilan Pan. Ditemani oleh Michelle, sang istri, Pan benar-benar menikmati pekan tersebut. Dan ia tidak segan menyebut pengalaman itu sebagai salah satu alasan mengapa ia bisa bermain bagus.

”Saya tak sabar untuk bisa kembali ke sana dan menikmati makanannya. Kami menikmati beberapa steak fillet mignon yang lezat dan saya menyukai sandwich keju pimento dan sandwich telurnya. Saya pikir saya sudah mencoba semua sandwich yang mereka miliki,” kenang Pan.

”Sebagai pemain debutan, saya tidak banyak berharap dan pola pikir demikian banyak membantu. Saya bisa menikmati berada di lapangan. Segala sesuatunya pun seakan berjalan mulus. Saya menikmati melihat-lihat wilayah sekitarnya, menikmati kenangan bermain pada The Masters, ajang yang saya tonton bersama ayah dan kakak saya ketika tumbuh besar. Pengalaman itu sungguh luar biasa dan benar-benar keren!”

”Bisa kembali ke The Masters menjadi hadiah terbaik setelah bermain selama empat hari. Di kampung halaman saya, orang-orang lebih memilih menyaksikan The Masters ketimbang ajang lainnya. Jelas saya berharap ayah masih hidup dan bisa menonton saya bermain. Setelah menyelesaikan empat putaran (tahun lalu), kakak saya mengirimkan pesan kepada saya karena pekan itu menjadi pekan yang sangat emosional baginya juga.”

Selain Im dan Pan, harapan publik Asia juga akan ada pada Kim Siwoo, yang sukses meraih gelar PGA TOUR ketiganya pada bulan Januari lalu, dan Hideki Matsuyama. Kim telah mencatatkan finis di jajaran 35 besar dalam tiga penampilan terakhirnya di Augusta National. Adapun Matsuyama telah dua kali finis di sepuluh besar dan tiga kali masuk 20 besar.